Kamis, 22 Maret 2012

PENGUATAN NILAI BUDAYA DENGAN TIDAK MELEMAHKAN SYARI’AT

              

Terbentuknya Dinasti Dewa dalam Bawa tahun 1674 dengan Sultan pertamanya Sultan Harunnurrasyid I merupakan konsekuensi dari penerimaan agama Islam sebagai agama resmi Kesultanan. Dinasti  Dewa Awan Kuning yang menganut faham animisme (Hindu) berakhir pada Raja Dewa Maja Paruwa.

Dalam perjalanan sejarah, sultan-sultan yang pernah memerintah sebagai manusia biasa yang tentunya punya keterbatasan dan ketidak sempurnaan. Namun yang patut kita syukuri bahwa para sultan telah meletakkan dasar yang kuat bagi masa depan (Dunia-akhirat) Tau Tana Samawa. Hal ini dibuktikan dengan penerimaan Islam sebagai agama kesultanan yang melahirkan Hukum Adat yang kuat yang dirumuskan dalam kalimat “Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah.
                
Saya selaku masyarakat Tana Samawa sangat mengapresiasi upaya Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa yang dalam dua tahun terakhir ini telah mengangkat tema Religi dalam kegiatan Pekan Budaya Samawa dan yang lebih mengagumkan  peserta Pemilihan Taruna Dadara Samawa diseleksi salah  dengan syarat tes pangetahuan Agama dan  baca Al-qur’an serta tampil dalam pakaian adat berbusana muslim. Sungguh merupakan sebuah upaya pembentukan generasi Islam yang kuat dan bisa manghadapi tantangan.

Di sisi lain sebagian kalangan dari tau Tana Samawa sendiri memandang bahwa tradisi budaya kita masih terpengaruh dengan Hinduisme, pernak pernik upacara adat dan tata caran pelaksanaannya masih terlihat hal-hal yang dikatakan sebagai warisan budaya Hindu. Apalagi ditambah dengan kuatnya kenyakinan akan datangnya akibat dari pengabaian terhadap sebuah tradisi, oleh kalangan tajdid lebih-lebih itu dipandang sebagai sebuah kemusyrikan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kalangan orang tua kita masih menyakini mitos-mitos lama yang secara kasat tidak diterima oleh pola fikir generasi yang 

Agama sebagai sesuatu yang utama dalam hidup kita, harus dijalankan sesuai dengan garis Syari’at. Namun budaya berikut asesorisnya perlu dijaga sebagai jati diri bangsa khususnya kita tau Samawa. Saya mengutip ucapan Bapak Drs. H. Saruji Masnirah, M.Si pada Mudzakarah Rea Lembaga Adat Tana Samawa 2011 lalu, bahwa kita hendaknya melaksanakan adat dan budaya itu yang bernilai guna dan berdaya guna, nilai budaya yang tidak sesuai dengan aqidah Islam perlu disesuaikan. Hal itu membuka fikiran kita bahwa adat dan budaya kita bukanlah suatu hal yang ortodoks dan kekal perwujudannya, karena hanya Alqur’an dan Alhaditslah yang tidak dapat dirubah.

Dengan menukil sebuah Hadits populer, ” Innamal a’maalu binniat” (sesungguhnya amal itu tergantung dari pada niat), jadi hal yang pertama kita lakukan adalah beristiqomah bahwa apa yang kita lakukan hanyalah untuk memohon kepada Allah semata bukan pada ini dan itu, walaupun ungkapannya (do’a dan syukur) kita ekpresikan dalam warna budaya yang beragama. Jika dilihat dan diteliti secara cermat banyak hal dalam tradisi budaya kita yang sesuai dengan teori ilmu pengetahuan kita sekarang, baik itu ilmu-ilmu umum maupun ilmu Islam, hanya pelaksanaan yeng terpengaruh kondisi lingkungan pada saat itu. Hal itulah yang masih terbawa dan tersisa sampai sekarang.  Dengan demikian maka tata cara berfikir yang  membawa kita pada keyakinan-keyakinan yang kiranya bertentangan dengan ajaran Islam  harus dibelokkan. Memang untuk merubah pemahaman dan keyakinan pada kalangan orang tua kita tidaklah mudah, tetapi secara tidak sadar itu adalah satu sisi yang melemahkan Syari’at kita oleh tradisi budaya.

Perlu digaris bawahi bahwa cara-cara menurut tradisi budaya bukanlah suatu hal yang wajib, tetapi hanyalah urusan duniawi. Marilah kita mengambil makna bahwa tradisi budaya khususnya upacara adat sebagai salah satu media silaturrahim dan pengembangan seni budaya. Keyakinan akan datangnya dampak buruk yang akan menimpa dari pengabaian sebuah prosesi tradisi budaya kita buang dan dikubur. Tetaplah berpegang pada falsafah adat kita dalam pengembangannya sehingga melahirkan generasi yang berbudaya dan berwawasan Imtaq yang bersih dari pengaruh yang tidak Islami..
>> saudara-saudaraku yang berhati salju, mohon tulisan singkat ini dikritisi. Syukron…………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar