Terbentuknya Dinasti Dewa dalam Bawa tahun 1674 dengan Sultan
pertamanya Sultan Harunnurrasyid I merupakan konsekuensi dari
penerimaan agama Islam sebagai agama resmi Kesultanan. Dinasti Dewa
Awan Kuning yang menganut faham animisme (Hindu) berakhir pada Raja Dewa
Maja Paruwa.
Dalam perjalanan sejarah,
sultan-sultan yang pernah memerintah sebagai manusia biasa yang tentunya
punya keterbatasan dan ketidak sempurnaan. Namun yang patut kita syukuri
bahwa para sultan telah meletakkan dasar yang kuat bagi masa depan
(Dunia-akhirat) Tau Tana Samawa. Hal ini dibuktikan dengan penerimaan
Islam sebagai agama kesultanan yang melahirkan Hukum Adat yang kuat yang
dirumuskan dalam kalimat “Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah.
Saya
selaku masyarakat Tana Samawa sangat mengapresiasi upaya Dinas Pemuda
Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa yang dalam dua
tahun terakhir ini telah mengangkat tema Religi dalam kegiatan Pekan
Budaya Samawa dan yang lebih mengagumkan peserta Pemilihan Taruna
Dadara Samawa diseleksi salah dengan syarat tes pangetahuan Agama dan
baca Al-qur’an serta tampil dalam pakaian adat berbusana muslim. Sungguh
merupakan sebuah upaya pembentukan generasi Islam yang kuat dan bisa
manghadapi tantangan.
Di sisi lain sebagian
kalangan dari tau Tana Samawa sendiri memandang bahwa tradisi budaya
kita masih terpengaruh dengan Hinduisme, pernak pernik upacara adat dan
tata caran pelaksanaannya masih terlihat hal-hal yang dikatakan sebagai
warisan budaya Hindu. Apalagi ditambah dengan kuatnya kenyakinan akan
datangnya akibat dari pengabaian terhadap sebuah tradisi, oleh kalangan
tajdid lebih-lebih itu dipandang sebagai sebuah kemusyrikan. Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa kalangan orang tua kita masih menyakini
mitos-mitos lama yang secara kasat tidak diterima oleh pola fikir
generasi yang
Agama sebagai sesuatu yang
utama dalam hidup kita, harus dijalankan sesuai dengan garis Syari’at.
Namun budaya berikut asesorisnya perlu dijaga sebagai jati diri bangsa
khususnya kita tau Samawa. Saya mengutip ucapan Bapak Drs. H. Saruji
Masnirah, M.Si pada Mudzakarah Rea Lembaga Adat Tana Samawa 2011 lalu,
bahwa kita hendaknya melaksanakan adat dan budaya itu yang bernilai guna
dan berdaya guna, nilai budaya yang tidak sesuai dengan aqidah Islam
perlu disesuaikan. Hal itu membuka fikiran kita bahwa adat dan budaya
kita bukanlah suatu hal yang ortodoks dan kekal perwujudannya, karena
hanya Alqur’an dan Alhaditslah yang tidak dapat dirubah.
Dengan menukil sebuah Hadits populer, ” Innamal a’maalu binniat” (sesungguhnya
amal itu tergantung dari pada niat), jadi hal yang pertama kita lakukan
adalah beristiqomah bahwa apa yang kita lakukan hanyalah untuk memohon
kepada Allah semata bukan pada ini dan itu, walaupun ungkapannya (do’a
dan syukur) kita ekpresikan dalam warna budaya yang beragama. Jika dilihat dan diteliti secara cermat banyak hal dalam tradisi budaya kita
yang sesuai dengan teori ilmu pengetahuan kita sekarang, baik itu
ilmu-ilmu umum maupun ilmu Islam, hanya pelaksanaan yeng terpengaruh
kondisi lingkungan pada saat itu. Hal itulah yang masih terbawa dan
tersisa sampai sekarang. Dengan demikian maka tata cara berfikir yang
membawa kita pada keyakinan-keyakinan yang kiranya bertentangan dengan
ajaran Islam harus dibelokkan. Memang untuk merubah pemahaman dan
keyakinan pada kalangan orang tua kita tidaklah mudah, tetapi secara
tidak sadar itu adalah satu sisi yang melemahkan Syari’at kita oleh
tradisi budaya.
Perlu digaris bawahi bahwa
cara-cara menurut tradisi budaya bukanlah suatu hal yang wajib, tetapi
hanyalah urusan duniawi. Marilah kita mengambil makna bahwa tradisi
budaya khususnya upacara adat sebagai salah satu media silaturrahim
dan pengembangan seni budaya. Keyakinan akan datangnya dampak buruk
yang akan menimpa dari pengabaian sebuah prosesi tradisi budaya kita
buang dan dikubur. Tetaplah berpegang pada falsafah adat kita dalam
pengembangannya sehingga melahirkan generasi yang berbudaya dan
berwawasan Imtaq yang bersih dari pengaruh yang tidak Islami..
>> saudara-saudaraku yang berhati salju, mohon tulisan singkat ini dikritisi. Syukron…………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar