Senin (5/3) Para penambang emas di Olat Maja (gunung maja) terus bergelut dengan palu dan betel untuk mangais rejeki dengan mengharapkan ada biji emas yang bisa diperoleh. Satu bulan semenjak Olat Maja dikabarkan mengandung biji emas yang banyak, serentak masyarakat Sumbawa berbondong-bondong melakukan penambangan di bukit tersebut. Olat Maja yang terletak di Desa Ngali Kecamatan Lape dikabarkan telah menghasilkan banyak emas dari hasil pencarian para penambang. Sehingga berbagai kalangan datang dari dalam maupun luar kabupaten sumbawa. Tidak hanya itu, dari petani, nelayan, pedagang hingga Pegawai Negeri Sipil pun tidak luput dari hasrat untuk mendapatkan emas di olat maja.Tidak senada dengan kondisi yang terjadi dimasyarakat. Dikalangan elite sedang hangat membahas tentang bagaimana mewujudkan pertambangan yang sejahtera dan berperadaban. Pertambangan yang diharapkan mampu memberikan dampak baik terhadap ekonomi masyarakat maupun dampak terhadap lingkungan. Namun melihat realita yang ada, sepertinya hal tersebut mustahil untuk diwujudkan. "Terlambat" adalah statement yang pantas dengan kondisi real saat ini. Berbagai elemen yang selama ini memperjuangkan penolakan terhadap tambang kini mulai melebur dengan "si pemilik tambang". Sebagian masyarakat yang selama ini juga sangat peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya, kini mulai terlena dengan godaan emas. Mesin gelondong yang digunakan untuk mengekstrak biji emas sudah barang tentu menjadi penebar air raksa (mercuri) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan terhadap pencemaran lingkungan. Namun bagi masyarakat saat ini gelondong dan mercuri sangatlah akrab seolah-olah kedua benda ini menjadi industri rumahan yang sangat menjanjikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar