BERSATU PADU DALAM JIWA SENIMAN
Kecamatan Moyo
Hilir yang dikenal dengan Empar Budaya Tana Samawa (Pusat Kebudayaan Sumbawa) bukan
sekedar isapan jempol. Tradisi dan adat istiadat tana samawa masih
dipertahankan oleh masyarakat moyo hilir dalam kehidupan sehari-hari. Terpantau
oleh “gempar” aktifitas muda mudi khususnya di desa moyo dan desa poto yang
kontinyu melaksanakan latihan maupun pelatihan budaya bagi pemuda pemudi yang
nantinya akan menjadi tongkat estapet pelestarian budaya samawa.
Dari dokumentasi
“gempar” nampak sekali keasyikan dan kesungguhan seniman-seniman muda moyo
hilir berlatih dalam rangka persiapan mengikuti kegiatan “Pestival Rantok
Darussalam”. Pestival tersebut akan dilaksanakan di Taliwang Kabupaten Sumbawa
Barat (KSB) pada tanggal 12-15 April mendatang. Perstival yang akan
memperlombakan ansambel musik dengan Gontengan
(ketukan/pukulan alat musik) pada Rantok
dan Deneng (alat untuk menumbuk padi) sebagai alat musi utama. Disamping itu, musik
rantok juga akan dipadukan dengan alat musik lain seperti rebana ode, rebana
rea, sarune, tembang/syair Sumbawa yang dilantunkan dalam sebuah lawas (seperti
pantun) dan lain-lain sehingga menghasilkan perpaduan alat music dan tembang
yang mengagumkan setiap pendengarnya dan tentu saja akan memanjakan setiap mata
yang memandang karena alunan musik yang dipadukan juga dengan gerakan-gerakan
tarian etnis sumbawa.
Dari kecamatan
moyo hilir sendiri akan mengirimkan 3 tim yang akan membawakan warna dan corak musik
yang berbeda-beda sesuai dengan kreasi sanggar seni masing-masing. Ketiga sanggar
seni tersebut antara lain Sanggar seni gunung galesa, sanggar seni matano dan
sanggar seni permata. Kesiapan ketiga sanggar seni ini dalam pestival tersebut
sudah tidak diragukan lagi, terlihat dari jadwal latihan yang cukup intens dan
materi pentas yang dipersiapkan sudah mencapai 80%. Burhanuddin, S.Pd yang
akrab disapa dengan “Boha” selaku
pelatih dari sanggar seni gunung galesa mengatakan “kesiapan dan keseriusan
seniman-seniman moyo hilir dalam kegiatan perstival ini sangat luar biasa. Mulai
dari persiapan dan proses latihan kami lakukan secara bersama dengan menggilir
waktu latihan. Walaupun ketiga sanggar seni ini akan bersaing pada pestival ini
nantinya. Namun kami bersatu dan bernaung dalam satu jiwa seniman paroso (Moyo
hilir) tambahnya”.