Minggu, 19 Februari 2012

AKSES JALAN MENUJU OBYEK WISATA PONAN BUTUH ASPAL


GERAKAN 10.000 BATU UNTUK JALAN PONAN


Minggu (19/2), Pesta Adat Ponan menjadi agenda tahunan bagi masyarakat adat di dusun Poto, Lengas dan Malili Kecamatan Moyo Hilir. Tahun ini, kegiatan pesta ponan juga dilaksanakan dengan warna yang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dimulai dengan pentas budaya ponan yang menampilkan berbagai sanggar seni dari beberapa kecamatan dan menampilkan kesenian daerah Sumbawa yang beragam seperti tarian daerah, ngumang, kolaborasi/ansambel musik tradional dan modern, pencak silat dan lain-lain. Untuk membedakan perayaan pesta ponan pada tahun ini, lembaga adat ponan menambahkan acara sakeco yang dipentaskan hingga pagi hari. Seperti yang diungkapkan oleh saudara “Sabbit Zamsami” selaku kordinator seksi acara pada pentas budaya ponan.

Ketika fajar mulai menyingsing di ufuk timur, seluruh warga dari tiga dusun adat ponan berbondong-bondong menuju bukit ponan sebagai tempat puncak acara. Dibukit ponan, berbagai macam makanan/jajan yang dibawa oleh masyarakat disajikan kepada tamu undangan yang hadir untuk melakukan zikir dan doa bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada yang kuasa karena selesainya masa menanam padi. Sayangnya, medan jalan menuju lokasi “bukit” obyek wisata ponan sangat sulit untuk ditempuh. Pasalnya, jalan/tanggul yang berada ditengah-tengah persawahan tergenang oleh air dan bercampur lumpur sehingga membuat jalan menjadi licin dan becek. Sehingga pengunjung yang berjalan maupun yang menggunakan kendaraan sangat terganggu dengan kondisi jalan.

Ketua Dewan Kesenian Samawa (DKS) Bapak Iskandar dalam sambutannya pada malam pagelaran pentas budaya ponan mengajak semua warga/pengunjung untuk bersama-sama melakukan aksi 10.000 batu. Beliau mengatakan “dengan gerakan sepuluh ribu batu untuk ponan, diharapkan mampu menjadi solusi yang murah meriah tetapi efektif dan efisien untuk menanggulangi kondisi jalan yang kurang baik saat ini”. Tambahnya “bila semua pengunjung yang datang ke bukit ponan membawa masing-masing satu buah batu saja, yang kemudian batu itu akan ditaburkan disepanjang jalan menuju bukit ponan, dipastikan jalan yang saat ini becek akan menjadi bagus bila batu-batu tadi disusun dengan rapi. Walaupun tidak seluruh badan jalan bisa diperbaiki, paling tidak tahun ini jalan tersebut bisa diperbaiki sepanjang 100 meter saja dan tidak mustahil pada tahun-tahun berikutnya akan selesai sesuai dengan harapan.

Dengan “Gerakan 10.000 batu untuk ponan” semua masyarakat tentu bisa berpartisipasi dalam upaya melestarikan dan mengembangkan pariwisata di daerah ini. Namun, pemerintah juga punya andil besar dalam menjaga kelestarian dan memajukan asset kebudayaan yang ada saat ini. Misalnya dengan membuat akses jalan yang lebih bagus dan beraspal menuju obyek wisata ponan. Sehingga masyarakat dapat dengan mudah untuk menuju ke lokasi tersebut. Selain itu, jika akses jalan sudah bagus, obyek wisata ponan akan sering dikunjungi oleh wisatawan setiap harinya. Apalagi kisah kearifan local adat ponan telah diabadikan ke dalam buku yang berjudul “Kisah Haji Batu” yang diterbitkan oleh penerbit “Ombak” Surabaya. (Jul-Gempar)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar