Selasa, 04 September 2012

KAYU BAKAR SEBAGAI PENGGANTI MITAN, HARUSKAH MENJADI PILIHAN?



Masih seputar kesulitan mendapatkan minyak tanah. Beberapa warga desa moyo dan moyo mekar memilih alternatif lain untuk mengganti minyak tanah. Diantaranya dengan mencari kayu bakar di hutan-hutan sekitar desa. Bapak Kherul warga desa moyo yang sehari-harinya bekerja sebagai tenaga honorer pada salah satu instansi pemerintah di kecamatan moyo hilir, memilih mencari kayu bakar sebagai salah satu solusi kesulitan mendapatkan minyak tanah di wilayahnya. Padahal kebutuhan mitan untuk memasak istrinya di dapur harus tersedia setiap waktu. Betapa tidak, 1 liter minyak sehari belumlah mampu mencukupi kebutuhan energi untuk memasak bagi 5 anggota keluarganya. Untuk memasak nasi saja sebanyak 3 kali sehari. Belum lagi memasak air minum dan untuk air mandi anaknya yang masih berumur 6 bulan. 
Suplai mitan ke wilayah kecamatan moyo hilir memang dirasakan masih kurang. Buktinya, warga sering tidak mendapatkan jatah minyak. Sementara jadwal minyak yang disuplai ke moyo hilir setiap  hari selasa dan kamis (2 kali seminggu) hanya mampu menyuplai 500 liter (1 tangki) untuk 10 desa yang ada di kecamatan moyo hilir. Dengan begitu dalam seminggu mitan yang masuk ke moyo hilir sebanyak 1000 liter saja.
Sering terjadi perebutan mitan oleh beberapa warga yang tidak sabar mengantri dan tidak mau jatahnya diambil oleh warga lain. Menurut ibu Nurasia salah seorang ibu rumah tangga yang kami temui warga desa moyo mengatakan "sering sekali kami tidak mendapatkan jatah mitan disebabkan warga dari desa lain juga datang membeli ke desa kami, padahal di desa mereka juga ada pengecer mitan, sehingga jika kami telat sebentar saja untuk mengambil minyak, jatah kami sudah diberikan ke orang lain".

Bapak Bedi Salah seorang pengecer minyak tanah yang kami temui di desa moyo juga mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan mitan bagi warga. Dari satu tangki minyak yang datang dia hanya mendapatkan 3 drum saja. Sehingga begitu minyak datang langsung ludes oleh pembeli. "Masalahnya, bukan pada habis atau tersisanya minyak tersebut, tapi warga yang terlambat datang dan tidak kebagian jatah minyak sering marah-marah dan emosi terhadap pelayan kami. Bahkan kami pernah dilaporkan sampai ke kantor kecamatan" tambahnya. 

Dari persoalan di atas, warga yang tidak mau kehabisan akal dan merasa lebih baik berbuat dari pada mengeluh-eluhkan keluhan yang belum tentu di dengar, tentu pilihan yang bijak adalah menggantikan minyak tanah dengan bahan bakar lain yang bisa dimanfaatkan. Bapak Kherul salah satu warga yang tidak mau terus mengeluh akan kesulitan istrinya di dapur untuk memperoleh mitan. 

Warga lain yaitu bapak Ajun yang tinggal di desa Moyo Mekar, juga melakukan hal yang sama. Ia bersama istri dan anaknya mencari kayu bakar untuk digunakan sendiri di dapur. Jika mampu mereka juga menjual kayu-kayu bakar mereka kepada warga lain yang membutuhkan. Meski dijual dengan harga cukup murah yaitu Rp. 5.000/ikat, Ia mengakui usahanya ini cukup membantu memenuhi kebutuhan dapur. "Secara ekonomis penggunaan bahan bakar dari kayu malahan bisa bertahan lebih lama dari pada menggunakan mitan" tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar