Senin, 24 September 2012

MOYO HILIR, WASPADAI MUSIM KEMARAU


Musim kemarau yang panjang membuat Masyarakat Moyo Hilir semakin resah terutama petani dan pekebun. Selain semakin sulitnya mendapatkan air, petani juga mengeluh melihat tanaman-tanaman mereka yg sudah mulai mati akibat kekurangan air. Sementara persediaan air cukup terbatas hanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan itu pun banyak sumur-sumur warga yang sudah mulai kering.

Kebun pisang dan singkong milik warga banyak yang mulai mati bahkan beracun akibat panas bumi dan kemarau panjang. Hal ini membuat para petani dan pekebun akan mengalami kerugian yang cukup besar. Contohnya kebun pisang dan singkong milik  Bapak Saturi 57 tahun Warga Desa Berare yang mulai mati dan beracun. Meski perkebunannya dekat dengan rumah, Bapak Saturi tidak bisa membagi air sumurnya untuk mengairi kebun pisang miliknya seperti minggu-minggu kemaren karena air sumurnya semakin berkurang dan cukup untuk kebutuhan istrinya di dapur.

Seperti kita ketahui bersama bahwa pemanasan global dan kemarau panjang telah melanda negeri kita. Kabupaten Sumbawa sudah tidak memiliki daerah resapan air. Dilihat dari musim hujan sering terjadinya banjir dan akhirnya musim kemarau datang air pun habis. Pemerintah sekiranya harus lebih tegas dalam menyikapi hal tersebut. Masyarakat dan Pemerintah setidaknya bisa mengembalikan bumi yang hijau  karena bumi hijau adalah sumber kehidupan mahluk hidup dan mulailah menanam pohon mulai dari sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar