AIR SUMUR PASCA BANJIR TIDAK LAYAK KONSUMSI
yang melanda desa Kakiang
Kecamatan Moyo Hilir dan sekitarnya pada hari Minggu(29/1) lalu menyisakan pedih
dan duka bagi warga. Kini warga yang dibantu oleh para relawan dari masing
kalangan ikut membantu masyarakat membersihkan rumah-rumah dan fasilitas umum
seperti sekolah, masjid dan kantor desa.
Akibat bencana tersebut diperkirakan masyarakat merugi hingga ratusan
juta rupiah. Bapak Saifuddin Suhri selaku Kepala Desa Kakiang pada saat ditemui
memberikan data tentang kerusakan maupun kerugian masyarakat meliputi beberapa
aspek/bidang pertama dari bidang
pertanian : padi sawah tadah hujan terendam seluas + 20 Ha, padi
sawah tekhnis terendam seluas + 50 Ha, tanaman jagung terendam seluas +
4 Ha. Sementara fasilitas pendukung pertanian rusak parah seperti jalan usaha
tani Orong Posok Selatan longsor sepanjang 10 Meter, saluran tersier BKK II
putus, saluran tersier BKK A dan B Putus.
Tambahnya lagi bahwa tembok pekarangan
SDN Kakiang roboh sepanjang + 30 Meter, 2 buah jembatan yang digunakan
oleh masyarakat untuk akses menuju persawahannya putus dan 1 ekor sapi bramus
serta 5 ekor domba juga ikut terhanyut dalam peristiwa itu. Kini para tim
relawan khususnya tim dari Pramuka lebih memfokuskan pada penyedotan 48 buah
sumur gali yang dapat menjadi air sumber minum masyarakat dan beberapa
fasilitas umum. Kini masyarakat hanya bisa meratapi harta bendanya yang tersisa
dari rendaman banjir dan sebagian dari hartanya sudah rusak terutama barang
elektronik.
Di wilayah kecamatan Moyo Hilir
tidak hanya Desa Kakiang saja yang terkena dari banjir ini tapi Desa Berare,
Dusun Sengkal Desa Batu Bangka dan Desa Ngeru. Sementara di wilayah Kecamatan
Moyo Utara juga ikut kena imbasnya seperti Desa Songkar, Kukin dan Tahan. Hingga
hari ke-2 pasca banjir tim relawan dan pemerintah daerah memfokuskan kegiatan
pada pembersihan dan sterilisasi air sumur yang terendam banjir. Terdata lebih
dari 20 sumur di setiap desa yang airnya keruh karena terendam air bajir.
Sukarman Djayadi selaku ketua tim relawan pramuka yang melakukan penyedotan
air ke seluruh desa mengatakan “kami kesulitan mengakomodir keinginan warga
untuk menguras seluruh sumur yang ada, pasalnya peralatan kami berupa mesin
penyedot air hanya ada dua yang siap dioperasikan, itupun mesin pinjaman dari
sanggar pramuka yang ada di moyo hilir. Sementara mesin warga setempat yang
kami harapkan bisa membantu, semuanya rusak akibat terendam air. Bahkan mesin warga
yang sedang melakukan penyedotan air untuk mengairi sawah ikut hanyut karena letaknya
berada di bibir sungai. Sehingga warga tidak bisa melakukan penyedotan sumur
sendiri tambahnya”.
Menyikapi beberapa peristiwa dan
bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini yang seakan-akan tidak ada
hentinya, mungkin ini adalah sebuah teguran dari sang pencipta yang melihat
makhluknya yang sudah banyak jauh dari-NYA. Untuk itu marilah kita berfikir
positif dan semoga dari itu semua dapat kita petik sebuah makna karena
sesungguhnya Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuannya. (Ughy Gempar)