Minggu, 26 Juni 2011

SENI BUDAYA SUMBAWA

PENGGUNAAN LAWAS

(bagian pertama)

Lawas dapat dilagukan/ditembangkan. Lawas lebih dekat dengan seni suara/seni musik daerah. Analisis yang sistimatis membuktikan penggunaan lawas

BALAWAS

Balawas atau menembangkan lawas yang dilakukan secara beramai-ramai atau seorang diri. Secara beramai-ramai pria wanita menembangkan lawas dalam rangkaian upacara perkawinan atau sunah rasul. Saat musim panen atau disaat memetik hasil kacang hijau balawas ini sering kita dengarkan. Disaat berangkat ke sawah ladang atau pulang kampung, usai menjaga ladangnya seorang petani menembangkan lawasnya, melepas kerinduan atau mengusir kesepian yang mencekam jiwanya. Kala membuat atau memasang atap rumah sekelompok pria yang tengah bekerja bergotong royong memperbaiki atau membangun sebuah rumah panggung terdengarlah lawas riup redah du kumandangkan.

Jadi peranan lawas selain untuk menyatakan kegirangan juga pelenyap kelelahan bagi para pekerja.

SAKECO

Sakeco, menembangkan lawas sambil membunyikan rebana ini dilakukan oleh para laki-laki. Lawas yang ditembangkan berisikan cinta kasih, pemujaan, kepatriotan, perjuangan, msalah pembangunan dan perjuangan hidup yang dikaitkan dengan gotong royong yang berasaskan kekeluargaan. Pelaksanaan pengaturannya silih berganti, selesai disatu pihak disambung dibalas oleh pihak lain, begitu seterusnya.

Sakeco ini diadakan untuk memeriahkan upacara perkawinan, sunah rasul atau upacara adat lainnya.


SAKETA

Pernyataan kegirangan dari sekelompok penduduk pedesaan kala bergotong royong atau ketika melaksanakan permainan rakyat.

Saketa, menembangkan lawas yang diiringi suara gero (ho-ham-ho-ham-ho-ham dst). Saketa dapat kita saksikan saat berlansungnya permainan rakyat karapan kerbau, barempuk (tinju ala Sumbawa) serta acara yang berhubungan dengan gotong royong.

NGUMANG

Seorang pria mengacungkan kedua tangannya sembari menembangkan lawas (seperti seorang penari). Ngumang dapat kita saksikan saat karapan kerbau atau permainan barempuk.

LANGKO

Pria wanita (muda mudi) bersoal jawab dengan menembangkan lawas. Seperti halnya sakeco, langko sering kita saksikan dalam rangkaian upacara perkawinan atau disaat muda mudi tengah memotong padi di sawah. (Dea Ranga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar