Minggu, 12 Juni 2011

ADAT “NUJA RAME” DI TANAH KAMI



KEARIFAN LOKAL SAMAWA

Ratusan tahun yang lalu, kebiasaan gotong royong sangat kental menyelimuti keseharian masyarakat samawa. Dalam segala kegiatan, selalu dikerjakan secara bergotong royong. Misalnya membangun rumah, menanam padi di sawah maupun diladang, panen buah dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan tersebut masih tetap lestari di Tana Samawa sampai dengan saat ini.

Pada umumnya, setelah masa panen masyarakat samawa melakukan acara perkawinan bagi keluarga-keluarga yang sudah siap melakukannya. Karena setelah masa panen itulah biasanya semua persiapan untuk melakukan pesta pernikahan telah tercukupi.
Nuja Rame bagi masyarakat Tana Samawa setiap tahunnya tidak pernah absen terutama ketika berakhirnya masa panen. Dari seluruh pelosok kampung (dulu) semua warga berbondong-bondong membawa hasil panen padi mereka untuk DITUJA (tumbuk) di salah satu rumah warga. Selain itu, nuja rame juga sebagai momen PANULUNG (bantuan) bagi keluarga yang akan melaksanakan pesta perkawinan.

Sebelum melakukan kegiatan nuja rame dan Antat Panulung (mengantar bantuan) salah satu perwakilan dari keluarga pengantin, akan BERAJAK (mengundang) seluruh keluarga dari calon pengantin. Yaitu dengan cara mengajak dari rumah ke rumah (Entek Bale Turin Bale) untuk menyampaikan amanat bahwa akan dilaksankan hajatan pernikahan keluarganya. Bila salah satu dari keluarga tidak dapat ditemui karena sedang tidak berada di rumah, maka utusan tadi akan meninggalkan selembar daun sirih (godong eta) kemudian ditempelkan dipintu rumahnya. Daun inilah yang menjadi penyampai pesan kepada si pemilik rumah bahwa akan ada keluarga yang akan melangsungkan acara perkawinan. Pemilik rumah tadi secara otomatis akan mencari siapa keluarganya yang akan mengadakan hajat perkawinan. Setelah asal dari daun sirih diketahui, maka semua keluarga datang sambil membawa barang-barang bantuan (panulung) untuk keluarga pengantin pada acara nuja rame.

Ketika hari pelaksanaan adat nuja rame, beberapa orang membunyikan rantok (alat menumbuk padi) dengan cara dipukul dengan deneng (Alu dari kayu dan bambu) sebagai tanda bahwa ada keluarga yang melaksanakan Nuja Rame (Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu). Biasanya, rantok ini dibunyikan pagi2 buta ketika orang belum keluar dari rumahnya dan suasana kampung masih sunyi sepi dari aktifitas warga. Sehingga semua warga bisa mendengarkan bunyi rantok tadi. Rantok pun tidak asal dibunyikan saja, tetapi dengan teknik khusus sehinggga menghasilkan irama (pagonteng) yang membuat orang senang mendengarnya. Suaranya pun bak tabuhan drum band dijaman sekarang. Irama dari rantok tadi di setiap desa mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga menghasilkan keragaman jenis pukulan nuja rame.

Setelah warga masyarakat beramai-ramai datang, barulah rantok tadi berhenti dibunyikan. Kemudian masing-masing warga menyerahkan sendiri barang bantuan (panulung) kepada keluarga pengantin. Panulung yang sudah terkumpul nantinya akan diserahkan oleh keluarga calon pengantin laki-laki kepada keluarga calon pengantin wanita. Namun kalau keluarga pengantin wanita yang melaksanakan adat nuja, maka panulung itu digunakan pada saat pelaksanaan akad nikah dan pesta perkawinan.
Adat nuja ini sangat membantu keluarga yang melaksanakan hajatan perkawinan. Untuk itulah adat nuja ini masih dipertahankan sampai sekarang. Di beberapa desa yang kami ketahui, rata-rata panulung pada adat nuja rame ini disepakati berupa beras ½ liter, telor satu butir, gula ½ kg, dan uang Rp 1.000/ kepala keluarga. Ada juga panulung yang berupa barang-barang lain sesuai dengan kesepakatan adat di masing-masing wilayah adat (setiap desa). Panulung biasanya disesuaikan dengan barang-barang yang dibutuhan untuk melaksanakan pesta pernikahan.

Bagi warga yang baru saja masuk ke dalam wilayah adat, tetap harus mengikuti adat ini sesuai dengan kebiasaan warga setempat (dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung). Inilah sekilas nilai gotong royong dan kebersamaan yang ada di tana samawa.
Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua…

Jul : Gempar

1 komentar: