Kamis, 23 Juni 2011

LAWAS, PUISI LISAN TRADISIONAL (bagian kedua)

LAWAS TAU LOKA (orang tua)

Lawas Tau Loka (orang tua) berintikan nasehat, agama dan filsafat.lawas tau loka bersifat didaktis berisih pelajaran dan sebagian lagi berintikan agama. Contoh lawas nasehat.

Pati palajar we ate

Na mu pina boat lenge

Pola tu ling desa tau

Kele tau barang kayu

Lamin to sanyaman ate

Banansi sanak parana

Terjemahan bebasnya

Patuhi ajaran wahai sukma

Jangan tunaikan laku buruk

Tahu diri di rantau orang

Kendati manusia tiada dikenal

Kalau budinya terpuji

Itulah dia sanak selingkar

Lawas nasehat saling isi mengisi dengan lawas agama.

Mana manis mo ling lalo

Agama dadi paruji

Na turit lamin basengkal

Sai sate nyaman mate

Laga mo rembit sambayang

Lema nyaman nyawa lalo

Terjemahan bebasnya

Betapa manisnya cetusan sukma

Agama landasan utama

Jangan diikuti jika bertentangan

Siapa ingin mati nikmat

Kerjakan sembahyang dengan teratur

Agar roh tenang menghadap-Nya

Lawas yang mengandung filsafat yang berkaitan dengan lawas agama.

Ada intan ku sakodeng

Ku sangisi kotak mesir

Ya timal umak rampek ban

Terjemahan bebasnya

Ada intan ku sebutir

Ku simpan dalam kotak mesir

Pantang ombak penghempas papan

Lawas dilihat dari bentuknya sangat mirip dengan puisi lama dari kesusastraan Indonesia dan sukar dirubah. Pada umumnya lawas terbentuk tiga seuntai (tarzina). Dalam satu kalimat terdiri dari delapan suku kata.

Pamuji tentu ko nene

No si bau tu kamaeng

Ada pang kita bajele

Lawas empat seuntai (kwatrijin) terdapat pula diantara sastra lisan.

To gili benru kadadi

Lis pio barema ngibar

Dapat palabu baseka

Saling buya do mo tokal

Disamping itu kita kenal lawas enam seuntai (sextet), misal:

Sumir ode tenga rau

Ku salungkap ke tabola

Ngelentong buya paria

Seumir ku dadi tau

No poda rungan ku bola

No kuto lamin ke sia

Tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya terdapat isinya. (dea Ranga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar