Satu lagi inspirasi baru dalam menambah penghasilan para peternak/pekebun di tanah paroso (Moyo Hilir/Moho Utara). Berawal dari kegiatan wisata kami KM Gempar ke pantai Luair Moyo Utara, kami sejenak berhenti sejenak di tengah perjalanan sekitar 10 km dari tempat kami beranjak. Sembari meluruskan urat-urat yang kaku karena menempuh rute perjalanan yang cukup menguras tenaga karena akses jalan yang belum di aspal semuanya. Tiba-tiba perhatian kami tertuju pada seorang lelaki paruh baya yang sedang menggaruk-garuk pohon dengan galanya yang panjang. Kami pun mencoba mendekati si lelaki paruh baya ini untuk menghilangkan rasa penasaran kami. Dia adalah Sarmadi (30 th) berasal dari Jawa Timur yang sengaja datang ke Sumbawa mencari biji pohon arabika untuk dijadikan bahan campuran untuk kopi torabika.
Kami sentak kaget dengan apa yang kami saksikan. Ternyata pohon torabika yang dimaksud adalah pohon "Busir" yang dikenal oleh masyarakat Sumbawa. Pohon Busir (arabika) di sumbawa selama ini dikenal sebagai pohon semak dan dimanfaatkan batangnya untuk dijadikan kayu bakar juga kayu untuk membuat pegangan pisau/parang atau dibuat perkakas rumah. Belum ada pemanfaatan lain yang bisa bernilai ekonomis dan menjadi industri olahan. Disamping itu, pohon busir yang banyak tumbuh di pinggir-pinggir jalan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat berteduh hewan ternak (kandang) atau hewan gembala.
Selama dua bulan berada di Sumbawa, Sarmadi mengajak warga setempat untuk menjadi rekannya mengumpulkan biji busir. Adalah bapak Rusli (50 th) warga desa Kukin Kecamatan Moyo Utara yang sudah bertahun-tahun tinggal di kebunnya menjadi rekan Sarmadi. Menurut bapak Rusli selama ini kami tidak menyadari kalau pohon busir ternyata bijinya bisa dijual dan harganya lumayan fantastis. Selama ia tinggal di kebunnya, ia mengandalkan perekonomian keluarganya kepada hasil panen kacang hijau dan buah kelapa saja yang sekarang harganya terus-menerus anjlok. Buah pohon busir selama ini katanya menjadi tontonan setiap orang yang melintas karena tidak tahu dimanfaatkan untuk apa. Namun, setelah rekannya Sarmadi mengajaknya mengumpulkan biji busir untuk dijual kini pak Rusli punya penghasilan tambahan dan sudah menjual biji busirnya ke jawa timur.
Setiap harinya pak Rusli dan Sarmadi bisa mengumpulkan dua karung buah busir. Selanjutnya buah busir yang sudah kering akan dikupas dengan mesin pemipil yang ada di desa Semamung Kecamatan Moyo Hulu. Biji busir yang sudah dikeringkan dihargai perkilogramnya adalah 4.000 rupiah dengan berat perkarung bisa mencapai 120 kilogram. Harga yang lumayan dan proses pencarian yang mudah membuat bapak Rusli dan rekannya tekun mengumpulkan buji busir untuk dijual ke jawa timur sebagai bahan campuran pembuatan kopi torabika. Dengan hadirnya inspirasi baru yang dibawa oleh Sarmadi maka pohon busir kini bernilai ekonomis karena bijinya bisa dijadikan bahan campuran pembuatan kopi torabika.Gempar-Sumbawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar