Gencarnya camat Moyo Hilir Abu Bakar, SH dalam menyurakan kearifan lokal tana samawa patut diacungi jempol. Disetiap kesempatan beliau selalu memberikan ulasan tentang perlunya mempertahankan budaya samawa dalam keseharian masyarakat moyo hilir, terlebih lagi kecamatan moyo hilir dikenal dengan Empar Budaya Samawa (pusat/roh adat tana samawa).
Guna mewujudkan cita-cita tersebut, camat Abu Bakar mengajak seluruh masyarakan moyo hilir untuk terus menumbuh kembangkan budaya samawa dari yang kecil sampai yang besar. Mulai dari birokrasi sampai dengan masyarakat umum. Pesan tersebut mengisyaratkan adanya harapan agar destinasi kebudayaan lokal di kecamatan moyo hilir dan khusunya di kabupaten Sumbawa selalu dilestarikan.
Dunia pendidikan yang mengembangkan Wawasan Wiyata Mandala (salah satunya menyebutkan sekolah sebagai pusat kebudayaan) merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam pelestarian kebudayaan lokal. Karena pendidikan dan kebudayaan ibarat mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Namun, Pencanangan pemerintah dalam menelurkan beberapa sekolah Berstandar Internasional (RSBI) menjadi salah satu dilema bagi kebudayaan dan dunia pendidikan itu sendiri. Karena RSBI lebih cenderung kepada pengenalan bahasa internasional (bahasa/budaya barat) yang dimasukkan ke dalam kurikulum. Sedangkan bahasa lokal tidak terlalu menjadi perhatian. Padahal siswa-siswi di sekolah RSBI adalah orang-orang terpilih (memiliki IQ yang bagus) yang diharapkan nantinya bisa menjadi pribadi yang handal dan menjadi generasi yang bisa melestarikan kebudayaannya sendiri, bukan mengangkat kebudayaan bangsa lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar