AKSI SOLIDARITAS
KEKERASAN DI BIMA
KEMBALI DISUARAKAN
Kamis,
(2912) aksi solidaritas atas
kekerasan yang terjadi di Bima disuarakan oleh Front Pemuda NTB Anti
Inprealisme yang merupakan gabungan dari BPMP (Barisan Pemuda dan Mahasiswa
Progresif), OPM (Organisasi Progresif Mahasiswa) dan Mapala Lestari UNSA
dilakukan di Depan Gedung DPRD Kabupaten Sumbawa.
Menurut
KORLAP aksi ini mengungkapkan pada orasinya bahwa aksi ini tidaklah berlebihan
jika dihubungkan dengan kondisi real yang dialami oleh warga Lambu Kecamatan
Sape (BIMA) terkait tentang penolakan ijin eksplorasi pertambangan, pemblokiran
pelabuhan oleh masyarakat ternyata memuncak pada arogansinya aparat kepolisian
dengan melakukan upaya pembubaran massa secara paksa dengan melepaskan tembakan
yang mengakibatkan masyarakat dan juga mahasiswa menjadi korban dari
kebiadaban kepolisian. Tambahnya lagi, refresifitas oknum aparat kepolisian terhadap
rakyat justru menciderai demokratisasi di negeri yang kita cintai ini. Oleh karena itu, kami yang
tergabung dalam Front Pemuda NTB Anti Inprealisme mengutuk segala bentuk
refresentatifitas aparat kepolisian karena telah melakukan pelanggaran terhadap
hak asasi manusia (HAM).
Dalam
aksi ini ada 5 tuntutan yang ingin disampaikan pertama tolak sistem imprealisme/neoliberalisme yang menyebabkan
kemiskinan, pengangguran dan kekerasan, kedua
mengutuk segala bentuk tindakan progresif yang dilakukan oleh aparat
kepolisian, ketiga cabut SK 188
tentang izin eksplorasi tambang emas di Kecamatan Sape ( BIMA ), keempat usut tuntas pelaku pelanggaran
Ham dan yang kelima hentikan segala
bentuk kekerasan terhadap rakyat.
Kejadian
yang menimpa saudara kita di Bima kemungkinan akan dialami oleh daerah-daerah
lain terutama
di Sumbawa. Karena keberadaan pertambangan dan korporasi perusahaan
pertambangan raksasa baik asing maupun lokal serta sistem yang diterapkan
jarang sekali berpihak kepada rakyat. Hal itulah yang kemudian akan menimbulkan
protes bahkan perlawanan dari rakyat. Semoga dengan berbagai fenomena yang
terjadi, rakyat semakin tersadarkan bahwa ternyata pertentangan pokok masalahnya adalah sistem
penindasan kapitalisme melalui penjajahan gaya baru (Neoliberalisme) yang tidak
berpihak kepada rakyat dan harus segera dipertimbangkan karena terbukti
menggiring rakyat kepada kebodohan, kesengsaraan dan kemiskinan massal yang berkepanjangan. (ugi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar