Sabtu, 29 Oktober 2011

Ribuan Makam di Situs Dodo Bakal Tergusur

Konsesi PTNNT Caplok Sebagian Besar Wilayah Ulayat
Komunitas Masyarakat Adat Cek Bocek Selesek Rensuri (suku Berco) memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang, sejak kepemimpinan Datu Awan Mas Kuning (1420–1628), yang dilanjutkan hingga keturunannya saat ini.
Wilayah adat yang menjadi tempat aktifitas kehidupan masyarakatnya sampai saat ini masih tetap sama, struktur dan aturan-aturan adat yang dijalankan pun masih tetap sama sesuai yang diwariskan secara turun temurun.
Demikian pula dengan kondisi hutan yang menjadi pendukung kehidupan tetap terjaga dengan baik.
Sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakat adat ini, tentu meninggalkan banyak bukti-bukti yang dapat dijumpai.
Bekas-bekas pondasi bangunan mesjid dan balai pertemuan adat serta sisa pondasi rumah menunjukkan bukti lkasi itu bekas pemukiman yang ramai dahulunya.
Tidak jauh dari bekas lokasi pemukiman juga dijumpai pemakaman-pemakaman tua dengan nisan-nisan dari batu kali. Nampak dari tampilan batuan dan ukirannya, nisan-nisan itu usianya telah ratusan tahun.
Makam-makam tersebut masih selalu dijaga keberadaannya oleh para anak keturunan dari orang-orang yang dimakamkan di tempat itu.
“Dari fakta-fakta ini, dapat disimpulkan bahwa PTNNT yang telah bereksplorasi di Dodo akan mencaplok sebagian besar situs makam leluhur Suku Berco. Keberadaan makam ini adalah salah satu peninggalan budaya dan situs sejarah yang harus dipertahankan,” tegas Febrian Anindita, salah seorang keturunan Suku Berco yang juga mahasiswa semester VII Fakultas Hukum Universitas 45 Mataram, belum lama ini.
Ryan kemudian menuturkan perjalanan sejarah komunitas masyarakat Adat Cek Bocek, dimana bukti-bukti sejarahnya yakni sebaran situs makam yang sebagian besarnya berada dalam wilayah konsesi tadi.
Makam-makam di wilayah konsesi tersebut antara lain, makam Lawang Sasi merupakan makam keluarga Datu Awan Mas Kuning yang diapit oleh makam Suri dan Langir.
Sebaran lokasi makam ini berada di antara 750-850 meter di atas permukaan laut. Sedangkan Makam Tungku Sudat lokasinya berada di ketinggian lebih dari 900 meter dan merupakan lokasi makam yang paling tinggi letaknya.
Tercatat sebanyak 1525 makam peninggalan kerajaan Dinasti Dewa Awan Kuning.
Ia menambahkan, merujuk dari data yang dirampungkan melalui buku tata ruang wilayah adat khusus Suku Berco, dapat dipastikan aktifitas pertambangan PTNNT di wilayah adat akan menghilangkan jejak sejarah Suku Berco.
“Jika PTNNT memaksakan diri untuk tetap masuk beraktifitas tanpa membangun kesepakatan dengan masyarakat adat, maka akan terjadi pelanggaran HAM berat terhadap masyarakat adat Cek Bocek (Suku Berco),” tukasnya.
Dari hasil survey partisipatif masyarakat adapt suku Berco dari desa Lawin dan sekitarnya, terkumpul sejumlah data dan bukti fisik jika wilayah situs-situs tersebut layak diklaim sebagai wilayah ulayat.
Hasil pengkajian masyarakat juga menunjukkan angka ‘pencaplokan yang luar biasa di blok Elang I, dimana sekitar 10.147 hektar atau 98 persen wilayah adat suku Berco masuk dalam konsesi sesuai data kontrak karya per 2005. Selanjutnya di blok Elang II sekitar 164 hektar wilayah ulayat masuk wilayah konsesi.
“Sudah menjadi kewajiban berbagai pihak untuk menghormati dan menghargai warisan leluhur yang akan melakukan eksploitasi sumber daya alamnya,” imbuh Febrian.(**)

Sumber Air Program Unicef Lito Mengering

Warga desa Lito kecamatan Moyo Hulu kabupaten Sumbawa terpaksa harus menimbun air di reservoir untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi dua dusun di wilayahnya.
Hal itu dikarenakan sumber mata air program kerjasama antara Unicef dengan pemerintah RI itu mengering akibat musim kemarau berkepanjangan.
Musim kemarau tahun ini sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat di kabupaten Sumbawa, tidak terkecuali di desa Lito kecamatan Moyo Hulu.
Demikian diungkapkan ketua BPD Lito, Syaifuddin yang ditemui belum lama ini.
Syaifuddin mengatakan, selain melakukan penampungan air, pihaknya melalui badan pengelola air bersih juga melakukan penjadwalan dalam mendistribusikan air bersih ke rumah-rumah warga.
“Hal itu dilakukan agar pendistribusian air dapat dirasakan secara merata oleh setiap warga di dusun Lito A, dan Dusun Lito B, dan desa Lito secara keseluruhan,” jelasnya.
Hasilnya, lanjut Syaifuddin, air bersih untuk minum memasak dan mencuci bisa terpenuhi.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Air Bersih desa Lito, Abdul Aziz mengaku, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya air bersih demi mencukupi kebutuhan hidup manusia dan kelestarian lingkungan.
“Kami juga menghimbau masyarakat agar selalu menjaga dan mengawal program air bersih ini demi kepentingan bersama,” terangnya.
Selain itu, kata Azis, desa Lito juga mendapat bantuan dari pihak swasta berupa material yang digunakan untuk membuat penampungan air di lokasi mata air lain.
Dengan adanya penampungan air di lokasi mata air lain tersebut dapat menambah jumlah debit air dari program air bersih kerjasama antara unicef dengan pemerintah RI yang didistribusikan kepada masyarakat.
Ke depan, dirinya berencana untuk melakukan penghijauan di sekitar lokasi mata air guna menjaga kelangsungan mata air itu.
“Kami berharap agar instansi terkait dapat membantu program penghijauan tersebut,” harapnya.
Salah seorang warga desa Lito, Hasanuddin mengaku sangat berterimakasih dengan adanya program air bersih ini.
Dengan adanya program tersebut pola hidup masyarakat di desa Lito mulai berubah. Dimana sebelumnya, warga setempat kerap buang air besar (BAB) di sembarang tempat.
“Namun setelah program ini masuk ke desa Lito warga berlomba-lomba membuat jamban dan memulai perilaku hidup bersih dan sehat,” tandasnya.(**)

Rintis Camping Ground, Pramuka Hijaukan Kawasan Hulu Sungai


Moyo Hulu, Berkurangnya kawasan hijau di kabupaten Sumbawa menjadi fokus kepedulian Gerakan Pramuka Kwarcab Sumbawa terhadap kondisi alamnya. Memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011, Gerakan Pramuka Kwarcab Sumbawa menggelar kegiatan perkemahan penanaman seribu pohon yang kemudian disebut Pekan Penghijaun 2011.

Kegiatan yang berlokasi di areal bendungan Batu Bulan kecamatan Moyo Hulu Sumbawa ini digelar bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda Jumat (28/10/2011) sampai Minggu (30/10/2011) mengikutsertakan anggota Pramuka yang berasal dari masing-masing gugus depan ambalan dan OSIS serta Ormas kepemudaan setempat.

Sukarman Jayadi, Sekretaris Panitia, menyebutkan, selain melibatkan anggota Pramuka, juga sedikitnya melibatkan 500 orang peserta terdiri dari anggota berbagai organisasi kepemudaan yang aktif di kabupaten Sumbawa, para pelajar dan mahasiswa serta instansi-instansi pemerintah.

Dikatakan Sukarman, dipilihnya bendungan Batu Bulan sebagai lokasi penghijauan didasarkan beberapa hal, antara lain, kritisnya lahan sekitar bendungan yang notabene merupakan daerah tangkapan air dan hulu sungai. Selain itu Gerakan Pramuka Kwarcab Sumbawa juga berinisiasi menjadikan kawasan ini sebagai salah satu Bumi Perkemahan atau Camping Ground di masa datang yang memiliki daya tarik wisata.

“Sehingga dalam penanaman ini kami telah menyiapkan design khusus untuk menjadikan lokasi ini sebagai Camping Ground nantinya. Dimana penataannya telah kami atur sedemikian rupa agar sarana dan prasarannya dapat representative,” papar Jay—sapaan akrab Sukarman Jayadi.

Karenanya, lanjut Jay, kegiatan yang bertemakan “Menggagas Pengembangan Kawasan Bendungan Batu Bulan Sebagai Kawasan Hijau Hulu Sungai” ini dilaksanakan dengan melibatkan setiap stakeholder kepemudaan, agar ke depannya setiap generasi muda Sumbawa dapat merasa memiliki dan melihara aset lingkungan yang mereka rintis.

Sebelumnya Ketua Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Sumbawa, Drs H Mahmud Abdullah dalam sambutannya mengatakan, pemanasan Global menjadi isu yang kian popular saat ini, dimana temperatur udara di hampir setiap bagian bumi telah berada pada tingkatan ekstrim.

“Kabupaten Sumbawa sejak dahulu terkenal dengan suhu ekstrimnya yang tinggi dibanding daerah-daerah lain di Indonesia. Makanya, kegiatan penghijauan di kabupaten Sumbawa sangat penting peranannya dalam mengentas isu pemanasan di daerah ini,” ujar Mahmud Abdullah.

Lebih lanjut Ketua Kwarcab mengungkapkan, degradasi dan deforestasi kawasan hutan di kabupaten Sumbawa kian memprihatinkan, dimana area hijau dan daerah tangkapan air sebagian besar telah terdegradasi dan menjelma menjadi lahan kritis.

“Generasi mudaSumbawa, utamanya anggota Pramuka harus mampu menjadi garda depan dalam upaya penyelamatan lingkungan, sehingga apa yang kita lakukan saat ini dapat menjadi warisan generasi mendatang,” cetusnya.

Selain kegiatan penanaman, permainan Outbond dan diskusi kepemudaan juga menjadi rangkaian kegiatan ini. Para peserta begitu antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan. Hal ini nampak dari semangat peserta perkemahan dari awal kegiatan sampai kegiatan ini ditutup, meski suhu panas di lokasi perkemahan amat tidak bersahabat.

Bupati Sumbawa, Jamaluddin Malik mengapresiasi kegiatan ini sebagai kegiatan yang aplikatif tidak sebatas retorika terhadap isu pemanasan global, dan member dampak positif yang begitu besar bagi penyelamatan lingkungan di kawasan hulu sungai.

“Diharapkan kegiatan ini dapat berkelanjutan, tidak saat ini saja dilaksanakan, bila perlu dijadikan agenda rutin bagi setiap organisasi kepemudaan di Sumbawa,” pinta Bupati mengakhiri sambutannya pada upacara pembukaan perkemahan.(**)

Senin, 17 Oktober 2011

KECAMATAN LANTUNG VS MERCURY







LANTUNGKU SAYANG, LANTUNGKU MALANG

(ANTARA HARAPAN DAN BENCANA)

Kecamatan Lantung merupakan salah satu wilayah yang dijadikan sebagai obyek penghasil material emas, pengambilan dan pengelolaan emas dilakukan secara tradisonal dan menggunakan alat seadanya, hal ini di lakukan oleh masyarakat lantung semenjak pertengahan April 2010 yang lalu, dalam pengelolaan emas (Tong dan Gelondong )mereka mengunakan merkuri (Hg) sebagai bahan dasar pengikat logam emas tersebut, hal semacam Ini sudah di gunakan oleh 15 ribu juta orang di 55 negara, Indonesia berada pada posisi ke dua setelah cina yang mengunakan Mercuri (Hg) terbesar sebanyak 100-150 ton pertahun (data WHO.2005 ) konsumsi tertinggi digunakan oleh penambang tradisioanal dan menjadi peyumbang sampai 20-30 % emas dunia.

Sistem tong dan gelondong berkontribusi meningkatkan polusi lingkungan. Hal ini disebabkan karena logam merkuri yang terdapat dalam tailing teroksidasi dan berubah menjadi metilmerkuri yang sangat beracun dalam limbah dan air (aquatic environments) dan sianida dapat berikatan menjadi bentuk yang lebih stabil dengan merkuri sehingga semakin meningkatkan peluang terakumulasinya metilmerkuri dalam biota air, tanah, dan udara (sidimen) yang membahayakan kesehatan masyarakat.

Semakain banyak gelondong dan tong yang brada di wilayah kecamatan lantung meyebabkan tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi , penyebaran gelondong dan tong di wilayah kecamatan lantung dapat kita lihat dari hasil surve dari tim peneliti dari Fakultas pertanian Universitas mataram yang berada di bawah naungan Centre For Biodiversity and Environment Study (CBES) pada bulan Mei 2011. Jumlah gelondong dan tong di Kecamatan Lantung dapat disebar pada masing-masing desa dengan rincian sebagai berikut : 94 unit (14 paket) terdapat di desa Lantung, Di desa Aik Mual adalah 340 (48 paket) dan 4 tong, Di desa Pedesa adalah 206 unit (27 paket) dan 2 tong.








Peta Sebarang Tong dan Gelondong : Kecamatan Lantung Kabupaten Sumbawa

Berikut adalah data hasil penelitian dari CBES :

Konsentrasi Hg pada ore

No

Kode

Lokasi (Desa)

Konsentrasi (ppm)

No

Kode

Lokasi (Desa)

Konsentrasi (ppm)

1

G1

Lantung

3,86

13

G13

Aikmual

1,21

2

G2

Lantung

145,05

14

G14

Aikmual

0,58

3

G3

Lantung

7,27

15

G15

Aikmual

0,81

4

G4

Lantung

3,08

16

G16

Aikmual

14,03

5

G5

Lantung

2,07

17

G17

Padesa

1,68

6

G6

Lantung

7,22

18

G18

Padesa

1,53

7

G7

Lantung

0,62

19

G19

Padesa

1.05

8

G8

Lantung

3,50

20

G20

Padesa

2.05

9

G9

Lantung

2,51

21

G21

Padesa

1.78

10

G10

Lantung

1,61

22

G22

Padesa

7,15

11

G11

Aik Mual

4,58

23

G23

Padesa

2,00

12

G12

Aik Mual

0,67

Konsentrasi Hg pada air (baku mutu < 0.001 ppm)

No

Kode

Lokasi (Desa)

Konsentrasi (ppm)

1

K-sungai1

Lantung

<0.001

2

K-sungai2

Lantung

<0.001

3

K-sawah1

Lantung

<0.001

4

K-sawah2

Lantung

<0.001

5

Dam

Lantung

<0.001

Konsentrasi Hg pada tanah

  1. Untuk tanah sawah di Kecamatan Lantung umumnya konsentrasi Hg pada tanah-tanah tersebut berada dalam kisaran normal.
  2. Namun hasil pengukuran konsenstrasi Hg pada tanah di sekitar lubang tampung tailing menunjukkan bahwa konsentrasi Hg pada tanah tersebut berada diatas kisaran normal konsentrasi Hg pada tanah (> 26 ppm).
  3. Pada beberapa lokasi tanah yang terletak di desa Lantung, konsentrasi Hg pada tanah sangat tinggi yaitu 122,22 ppm dan 232,09 ppm dan terjadi pada permukaan tanah.
  4. Begitu juga dengan lokasi tanah sawah di desa Padesa yang konsentrasi Hg pada tanah > 5.4 ppm (standar tanah pertanian di jepang).
  5. Diperkirakan 1-3% dari total Hg yang berada pada permukaan tanah berada dalam bentuk metilHg yang berbahaya yang dapat masuk dalam rantai makanan. Nilai 3% tersebut dapat meningkat lagi jika tanah tersebut mengandung bahan organik yang tinggi dengan pH mendekati asam.

Dengan beberapa data yang berhasil kami peroleh dari CBES di atas, dapat kita simpulkan bersama bahwa :

  1. Aktivitas pengolahan emas dengan menggunakan Hg sebagai amalgamasi belum mengindikasikan terjadinya pencemaran pada sumber air dan DAS secara luas di sekitar lokasi pengolahan emas, namun ada indikasi pencemaran pada beberapa titik sampel DAS.
  2. Konsentrasi Hg pada tailing sangat-sangat tinggi. Pemakaian Hg belum efisien dan efektif.
  3. Belum terjadi pencemaran Hg pada tanah dan tanaman liar/non-budidaya yang tumbuh di sekitar areal gelondong.
  4. Konsentrasi Hg pada ikan tangkapan di sekitar gelondong masih berada pada kisaran normal.
  5. Konsentrasi Hg pada rambut masyarakat yang terekspose Hg masih berada dalam kisaran normal, tetapi telah terjadi akumulasi Hg pada rambut beberapa pekerja tambang.

Untuk itu, harapan besar kepada kita semua (masyarakat maupun pemerintah)

  1. Perlu dilakukan monitoring kualitas air sepanjang DAS Lantung secara berkala.
  2. Perlunya pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan limbah, khususnya penerapan aturan agar penambang tidak membuang tailing dan air tailing baik ke sungai maupun lahan pertanian di sekitarnya.
  3. Penambang diwajibkan tetap membuat lubang tampung tailing.
  4. Pemerintah melalui Dinas/Institusi, atau pihak terkait memberikan pendidikan terhadap masyarakat penambang cara menangani Hg secara bijaksana, antara lain penggunaan masker pada saat membakar Hg dan menghindari kontak langsung dengan Hg dengan cara menggunakan sarung tangan.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Gempar sumbawa.

Selasa, 11 Oktober 2011

DEMONSTRASI PERANGKAT DESA

MENUNTUT PENINGKATAN KESEJAHTERAAN,

RATUSAN PERANGKAT DESA SE-KABUPATEN SUMBAWA MENYERBU

KANTOR DPRD

Selasa (11/10), ratusan Perangkat Desa se-Kabupaten Sumbawa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Kabupaten Sumbawa menyerbu Kantor DPRD dengan melakukan aksi damai untuk menuntut peningkatan kesejahteraan. Melihat hal tersebut Komisi I DRPD Kabupaten Sumbawa langsung menerima seluruh perangkat desa dengan melakukan audiensi di dalam ruang rapat kerja DRPD.

Dalam audiensi ini hadir seluruh anggota komisi I dan kepala bagian BPM-PD Kabupaten Sumbawa. SYAMSUL FIKRI selaku Ketua Komisi I langsung memimpin audiensi ini. Kesempatan pertama di berikan kepada perwakilan Perangkat Desa yang diwakili oleh Bapak JUADI untuk mengungkapkan beberapa tuntutan.

Pertama peningkatan kesejahteraan perangkat desa, Kedua status perangkat desa. Tambahnya lagi bahwa sekarang perangkat desa mempunyai tunjangan hanya Rp.500.000, itu tidak sesuai dengan yang diamanatkan oleh PP 72 yang menerangkan bahwa tunjangan perangkat desa harus sesuai dengan UMK, UMP maupun UMR. Sementara diketahui bersama bahwa UMK Kabupaten Sumbawa adalah Rp.950.000,-. Jadi ada diskriminasi terhadap kami yang dilakukan pemerintah daerah ungkapnya.

MUSTAKIM (ketua 1 PPDI) menambahkan, “perangkat desa merupakan pionir dari pemerintah Pusat maupun kabupaten, tapi manakala pionir ini tidak didukung dengan kesejahteraan, maka mustahil pelaksanaan tugas dan kewajiban akan terlaksana dengan maksimal”.

Menaggapi permasalahan dan permohonan dari demonstran tersebut, bapak SULAIMAN (kabag BPM-PD Kabupaten Sumbawa) mengungkapkan kenaikan tunjangan sesuai yang di tuntut oleh para perangkat desa, akan kami kaji secara mendalam dan hati-hati mengingat akan terbebani dalam dana APBD Kabupaten. Untuk itu juga kita tidak menutup mata dengan adanya tuntutan seperti ini karena akan menjadi evaluasi bagi kami pemerintah, ujarnya.

Wakil ketua komisi I juga menambahkan bahwa kami akan mendukung seluruh tuntutan perangkat desa karena kami adalah wakil rakyat yang mengawal kebijakan pemerintah khususnya mengenai kesejahteraan dari perangkat desa.

Untuk itu, ini adalah momentum yang pas bagi pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan perangkat desa. Karena maju mundurnya suatu negara atau maju mundurnya suatu daerah tergantung pada kinerja dan pelaksana tugas di masing-masing desa yaitu para perangkat desa. Apabila di pemerintah tingkat desa pincang karena tidak didukung dan diimbangi dengan tunjangan yang sesuai dan sepadan maka tidak menutup kemungkinan pelayanan terhadap masyarakat pun akan tergannggu dan terhambat.

Gempar Sumbawa.

PEKAN BUDAYA SAMAWA RESMI DIBUKA

Pekan Budaya Samawa (PBS) kembali di gelar. Kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya ini menjadi wahana pelestarian budaya samawa (Sumbawa) dan mempunyai nilai strategis bagi kehidupan Tau (orang) dan tana samawa dalam membangun daerahnya.


Pekan Budaya Samawa (PBS) yang ke XIV ini selasa malam (11/10), resmi dibuka oleh bupati Sumbawa bapak Drs. H. Jamaluddin Malik. Selain bupati Sumbawa yang akrab disapa dengan (JM), juga hadir dalam pembukaan ini Sultan Sumbawa “Sultan Muhammad Kaharuddin IV”. Dalam sambutannya masing-masing, Bupati dan Sultan Sumbawa memiliki visi yang selaras dalam membangun tana samawa menjadi lebih baik ke depannya. Sehingga Sumbawa bukan hanya mampu menyamakan diri dengan daerah-daerah lain, bahkan melebihi daerah lain di Indonesia dalam segala bidang. Karena menurut bupati Sumbawa bahwa kebudayaan Sumbawa bukan saja beragam tetapi juga kebudayaan Sumbawa sesungguhnya luhur dan berasal dari sang pencipta. Hal ini bisa kita lihat dari kata SAMAWA yang berasal dari bahasa Arab “ASSAMAWATI” yang artinya langit atau berasal dari langit (pemberian luhur dari sang pencipta).

Kemudian Samawa (diucapkan dengan tekanan pada akhir ucapan) mengacu pada sikap tau samawa yang selalu memberi bawaan (oleh-oleh) kepada tamu yang datang baik kepada kerabat, sahabat ataupun orang lain yang mengunjunginya. Artinya, Sawama mencoba berungkap tentang keramahtamahan, persaudaraan dan kekeluargaan, tambah JM. Untuk itu, melalui PBS tahun ini diharapkan dapat membangkitkan kembali nilai-nilai luhur kebudayaan Sumbawa, dan ini akan menjadi modal sangat besar terhadap pembangunan di kabupaten Sumbawa.

Sultan Sumbawa dalam sambutannya, juga menekankan pada esensi dari kebudayaan tau dan tana samawa. Bahwa tau dan tana samawa sebagai kelompok etnis pemeluk islam yang taat, maka seluruh adat istiadat dan budayanya bersumber dan berpedoman kepada nilai-nilai islam yakni Al-qur’an dan hadist. Sebagaimana ungkapan falsafah budaya samawa “ADAT BARENTI KO SYARA’, SYARA’ BARENTI KO KITABULLAH” (adat berpegang teguh kepada hukum, dan hukum berpegang kepada Al-qur’an). Untuk itu sudah sepantasnya tau samawa bangkit untuk membangun daerahnya dengan semangat spiritual yang tinggi.

Acara pembukaan kemudian dilanjutkan dengan penampilan peserta PBS dari 4 kecamatan (Kecamatan Sumbawa, Lenangguar, Plampang dan Alas Barat). Masing-masing kecamatan membawakan materi yang diperlombakan dalam PBS ini, yaitu Tarian daerah kreasi baru, ratib rebana ode, ngumang dan pemilihan taruna dadara samawa.

Kegiatan ini akan berlangsung selama 5 hari, mulai tanggal 11 s.d 15 Oktober 2011 yang bertempat di Lapangan Pahlawan Sumbawa Besar. Antusiasme masyarakat Sumbawa terhadap PBS tahun ini sangat besar. Dari 24 kecamatan semuanya turut serta meramaikan pestival budaya ini.

Gempar Sumbawa

Jumat, 07 Oktober 2011

MUTASI KEPALA SEKOLAH SE-KECAMATAN MOYO HILIR

Sabtu (8/10) delapan kepala sekolah diwilayah kecamatan moyo hilir yang dimutasi secara langsung dilantik camat moyo hilir. Pelantikan yang dilaksanakan bertempat di kantor camat moyo hilir dipimpin langsung oleh bapak camat Abu Bakar, SH. Acara yang dihadiri oleh semua kepala sekolah dan unsur muspika kecamatan berlangsung hikmad.

Sembilan kepala sekolah yang dilantik terdiri dari empat kepala sekolah yang sebelumnya mengisi kekosongan jabatan kepala sekolah karena pensiun ( SDN Pangenyar, SDN Malili, SDN KArang jati I, dan SDN Kapas Sari) dan lima kepala sekolah yang dimutasi ke sekolah lain (SDN Poto, SDN Sameri, SDN Labuan Ijuk, SDN Tengke, dan SDN Olat Rawa) . Kedelapan kepala sekolah tersebut antara lain :

1. SDN Pangenyar dikepalai oleh A. Rahman Usman, S.PdI yang sebelumnya sebagai kepala SDN Prajak Kecamatan Moyo Hilir

2. SDN Malili dikepalai oleh Misbah, S.Pd sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Poto Kecamatan Moyo Hilir

3. SDN Prajak dikepala oleh H. Sukardi, A.Ma sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Songkar Kecamatan Moyo Utara

4. SDN Sameri dikepalai oleh H. Asmaun Usman, A.Ma sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Labuan Ijuk Kecamatan Moyo Hilir

5. SDN Poto dikepalai oleh Umar Misbah, S.Pd sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Tengke Kecamatan Moyo Hilir

6. SDN Karang Jati II dikepalai oleh Zulhayat, S.Pd sebelumnya bertugas sebagai Guru kelas di SDN Karang Jati II Kecamatan Moyo Hilir

7. SDN Tengke dikepalai oleh Nurhamiyati, S.Pd sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Senampar Kecamatan Moyo Utara

8. SDN Labuan Ijuk dikepalai oleh Sudirman, S.Pd sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Olat Rawa Kecamatan Moyo Hilir

9. SDN Olat Rawa dikepalai oleh Sudirman, S.Pd sebelumnya bertugas sebagai kepala SDN Olat Rawa Kecamatan Moyo Hilir

Dalam acara pelantikan ini, bapak camat moyo hilir berharap kepada kepala sekolah yang dilantik agar amanat baru yang diberikan benar-benar dilaksanakan secara tulus dan ikhlas, jangan sampai tempat tugas yang baru menjadi beban karena factor geografis yang memang sebagian sulit untuk di jangkau. Apalagi sebagian kepala sekolah yang dilantik dimutasi ke wilayah yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka.( Jul gempar)