Sabtu, 29 Oktober 2011

Sumber Air Program Unicef Lito Mengering

Warga desa Lito kecamatan Moyo Hulu kabupaten Sumbawa terpaksa harus menimbun air di reservoir untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi dua dusun di wilayahnya.
Hal itu dikarenakan sumber mata air program kerjasama antara Unicef dengan pemerintah RI itu mengering akibat musim kemarau berkepanjangan.
Musim kemarau tahun ini sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat di kabupaten Sumbawa, tidak terkecuali di desa Lito kecamatan Moyo Hulu.
Demikian diungkapkan ketua BPD Lito, Syaifuddin yang ditemui belum lama ini.
Syaifuddin mengatakan, selain melakukan penampungan air, pihaknya melalui badan pengelola air bersih juga melakukan penjadwalan dalam mendistribusikan air bersih ke rumah-rumah warga.
“Hal itu dilakukan agar pendistribusian air dapat dirasakan secara merata oleh setiap warga di dusun Lito A, dan Dusun Lito B, dan desa Lito secara keseluruhan,” jelasnya.
Hasilnya, lanjut Syaifuddin, air bersih untuk minum memasak dan mencuci bisa terpenuhi.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Air Bersih desa Lito, Abdul Aziz mengaku, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya air bersih demi mencukupi kebutuhan hidup manusia dan kelestarian lingkungan.
“Kami juga menghimbau masyarakat agar selalu menjaga dan mengawal program air bersih ini demi kepentingan bersama,” terangnya.
Selain itu, kata Azis, desa Lito juga mendapat bantuan dari pihak swasta berupa material yang digunakan untuk membuat penampungan air di lokasi mata air lain.
Dengan adanya penampungan air di lokasi mata air lain tersebut dapat menambah jumlah debit air dari program air bersih kerjasama antara unicef dengan pemerintah RI yang didistribusikan kepada masyarakat.
Ke depan, dirinya berencana untuk melakukan penghijauan di sekitar lokasi mata air guna menjaga kelangsungan mata air itu.
“Kami berharap agar instansi terkait dapat membantu program penghijauan tersebut,” harapnya.
Salah seorang warga desa Lito, Hasanuddin mengaku sangat berterimakasih dengan adanya program air bersih ini.
Dengan adanya program tersebut pola hidup masyarakat di desa Lito mulai berubah. Dimana sebelumnya, warga setempat kerap buang air besar (BAB) di sembarang tempat.
“Namun setelah program ini masuk ke desa Lito warga berlomba-lomba membuat jamban dan memulai perilaku hidup bersih dan sehat,” tandasnya.(**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar