Senin, 17 Oktober 2011

KECAMATAN LANTUNG VS MERCURY







LANTUNGKU SAYANG, LANTUNGKU MALANG

(ANTARA HARAPAN DAN BENCANA)

Kecamatan Lantung merupakan salah satu wilayah yang dijadikan sebagai obyek penghasil material emas, pengambilan dan pengelolaan emas dilakukan secara tradisonal dan menggunakan alat seadanya, hal ini di lakukan oleh masyarakat lantung semenjak pertengahan April 2010 yang lalu, dalam pengelolaan emas (Tong dan Gelondong )mereka mengunakan merkuri (Hg) sebagai bahan dasar pengikat logam emas tersebut, hal semacam Ini sudah di gunakan oleh 15 ribu juta orang di 55 negara, Indonesia berada pada posisi ke dua setelah cina yang mengunakan Mercuri (Hg) terbesar sebanyak 100-150 ton pertahun (data WHO.2005 ) konsumsi tertinggi digunakan oleh penambang tradisioanal dan menjadi peyumbang sampai 20-30 % emas dunia.

Sistem tong dan gelondong berkontribusi meningkatkan polusi lingkungan. Hal ini disebabkan karena logam merkuri yang terdapat dalam tailing teroksidasi dan berubah menjadi metilmerkuri yang sangat beracun dalam limbah dan air (aquatic environments) dan sianida dapat berikatan menjadi bentuk yang lebih stabil dengan merkuri sehingga semakin meningkatkan peluang terakumulasinya metilmerkuri dalam biota air, tanah, dan udara (sidimen) yang membahayakan kesehatan masyarakat.

Semakain banyak gelondong dan tong yang brada di wilayah kecamatan lantung meyebabkan tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi , penyebaran gelondong dan tong di wilayah kecamatan lantung dapat kita lihat dari hasil surve dari tim peneliti dari Fakultas pertanian Universitas mataram yang berada di bawah naungan Centre For Biodiversity and Environment Study (CBES) pada bulan Mei 2011. Jumlah gelondong dan tong di Kecamatan Lantung dapat disebar pada masing-masing desa dengan rincian sebagai berikut : 94 unit (14 paket) terdapat di desa Lantung, Di desa Aik Mual adalah 340 (48 paket) dan 4 tong, Di desa Pedesa adalah 206 unit (27 paket) dan 2 tong.








Peta Sebarang Tong dan Gelondong : Kecamatan Lantung Kabupaten Sumbawa

Berikut adalah data hasil penelitian dari CBES :

Konsentrasi Hg pada ore

No

Kode

Lokasi (Desa)

Konsentrasi (ppm)

No

Kode

Lokasi (Desa)

Konsentrasi (ppm)

1

G1

Lantung

3,86

13

G13

Aikmual

1,21

2

G2

Lantung

145,05

14

G14

Aikmual

0,58

3

G3

Lantung

7,27

15

G15

Aikmual

0,81

4

G4

Lantung

3,08

16

G16

Aikmual

14,03

5

G5

Lantung

2,07

17

G17

Padesa

1,68

6

G6

Lantung

7,22

18

G18

Padesa

1,53

7

G7

Lantung

0,62

19

G19

Padesa

1.05

8

G8

Lantung

3,50

20

G20

Padesa

2.05

9

G9

Lantung

2,51

21

G21

Padesa

1.78

10

G10

Lantung

1,61

22

G22

Padesa

7,15

11

G11

Aik Mual

4,58

23

G23

Padesa

2,00

12

G12

Aik Mual

0,67

Konsentrasi Hg pada air (baku mutu < 0.001 ppm)

No

Kode

Lokasi (Desa)

Konsentrasi (ppm)

1

K-sungai1

Lantung

<0.001

2

K-sungai2

Lantung

<0.001

3

K-sawah1

Lantung

<0.001

4

K-sawah2

Lantung

<0.001

5

Dam

Lantung

<0.001

Konsentrasi Hg pada tanah

  1. Untuk tanah sawah di Kecamatan Lantung umumnya konsentrasi Hg pada tanah-tanah tersebut berada dalam kisaran normal.
  2. Namun hasil pengukuran konsenstrasi Hg pada tanah di sekitar lubang tampung tailing menunjukkan bahwa konsentrasi Hg pada tanah tersebut berada diatas kisaran normal konsentrasi Hg pada tanah (> 26 ppm).
  3. Pada beberapa lokasi tanah yang terletak di desa Lantung, konsentrasi Hg pada tanah sangat tinggi yaitu 122,22 ppm dan 232,09 ppm dan terjadi pada permukaan tanah.
  4. Begitu juga dengan lokasi tanah sawah di desa Padesa yang konsentrasi Hg pada tanah > 5.4 ppm (standar tanah pertanian di jepang).
  5. Diperkirakan 1-3% dari total Hg yang berada pada permukaan tanah berada dalam bentuk metilHg yang berbahaya yang dapat masuk dalam rantai makanan. Nilai 3% tersebut dapat meningkat lagi jika tanah tersebut mengandung bahan organik yang tinggi dengan pH mendekati asam.

Dengan beberapa data yang berhasil kami peroleh dari CBES di atas, dapat kita simpulkan bersama bahwa :

  1. Aktivitas pengolahan emas dengan menggunakan Hg sebagai amalgamasi belum mengindikasikan terjadinya pencemaran pada sumber air dan DAS secara luas di sekitar lokasi pengolahan emas, namun ada indikasi pencemaran pada beberapa titik sampel DAS.
  2. Konsentrasi Hg pada tailing sangat-sangat tinggi. Pemakaian Hg belum efisien dan efektif.
  3. Belum terjadi pencemaran Hg pada tanah dan tanaman liar/non-budidaya yang tumbuh di sekitar areal gelondong.
  4. Konsentrasi Hg pada ikan tangkapan di sekitar gelondong masih berada pada kisaran normal.
  5. Konsentrasi Hg pada rambut masyarakat yang terekspose Hg masih berada dalam kisaran normal, tetapi telah terjadi akumulasi Hg pada rambut beberapa pekerja tambang.

Untuk itu, harapan besar kepada kita semua (masyarakat maupun pemerintah)

  1. Perlu dilakukan monitoring kualitas air sepanjang DAS Lantung secara berkala.
  2. Perlunya pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan limbah, khususnya penerapan aturan agar penambang tidak membuang tailing dan air tailing baik ke sungai maupun lahan pertanian di sekitarnya.
  3. Penambang diwajibkan tetap membuat lubang tampung tailing.
  4. Pemerintah melalui Dinas/Institusi, atau pihak terkait memberikan pendidikan terhadap masyarakat penambang cara menangani Hg secara bijaksana, antara lain penggunaan masker pada saat membakar Hg dan menghindari kontak langsung dengan Hg dengan cara menggunakan sarung tangan.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Gempar sumbawa.

1 komentar:

  1. Mungkin perlu adanya pelatihan untuk para penambng oleh pemerintah agar pencemaran tidak merugikan masyarakat sekitar,,,

    BalasHapus