Kamis, 25 November 2010

HARAPAN TULUS DARI GURU


MENGAPA HARUS BERUBAH ???
SIAPA YANG HARUS BERUBAH ???

Banyak orang yang tidak mau berubah karena takut repot. Berubah adalah tanda perbaikan. Siapa yang tidak mau berubah dengan alasan tidak mau repot sama halnya dengan tidak menginginkan perbaikan. Padahal perbaikan adalah sebuah tuntutan perkembangan jaman. Siapa yang tidak mengikuti tuntutan perubahan jaman akan tertinggal, berarti tidak mau maju dan akan menerima resiko teringgal.
Dengan kata lain perubahan memang merepotkan tetapi repot itu bagian dari perjuangan dan perjuangan diperlukan untuk meraih kebahagiaan.
para alim ulama pun membenarkan hal ini. ulama arab mengatakan "waktu ibarat pedang yang siap menyayat siapapun yang tidak mau merubah dirinya karena kebodohan yang ia miliki, untuk itulah kita harus merubah diri jika tidak ingin dipenggal oleh waktu.

Contoh lain : Ketika Negara Hirosima dan Nagasaki luluh lantak karena bom atom pasukan sekutu, pertanyaan pertama menurut sejarah yang mencuat adalah “berapa guru yang masih tersisa?”. Sungguh merupakan pertanyaan sederhana yang menyimpan energy dahsyat. Jepang telah menjadi Negara yang paling pesat meraih revolusi kemajuan dengan memanfaatkan guru sebagai motor penggeraknya. Dengan demikian jika suatu Negara menginginkan kemajuan secara cepat maka gurulah yang mula-mula harus melakukan perubahan.
Senada dengan hal tersebut diatas Bapak Zakariah Rasyidi, S.Pd kepala SDN 1 Moyo dalam arahannya pada pertemuan dengan guru-guru di sekolahnya menyatakan bahwa kita sebagai seorang guru harus selalu melakukan perubahan dalam meningkatkan kompetensi guna kemajuan pendidikan di Negara kita RI, khususnya SDN 1 Moyo.

Sering kita terlena dengan julukan "GURU ADALAH PAHLAWAN TANPA TANDA JASA". Sehingga selogan ini berenergi sangat kuat bagi penyandangnya, yaitu GURU. predikat ini pula yang membangkitkan semangat "SUKARELA" bagi guru bekerja dalam tugasnya. Namun kita perlu cermat dengan kata SUKA DAN RELA. "SUKA" bukan berarti kita senang melakukan setiap tugas tanpa menyadari/melihat batasan-batasan kemampuan kita sebagai seorang mahluk sosial, mahluk ekonomi dan sebagai orang yang dibawahi oleh kebijakan/aturan-aturan perundang-undangan. Terkadang kita bekerja melebihi batas normal tanpa mendapatkan hak-hak sebagai seorang guru. dan bukan berarti karena rasa "suka" itu kemudian kita "RELA" ditekan dari segala penjuru. Tekanan psikis selama mengahadapi siswa-siswa yang bermasalah misalnya, ditambah lagi dengan tekanan dari atasan, tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi, sikap arogan wali murid yang kadang suka melaporkan guru kepada polisi karena menghukum anaknya yang jelas-jelas bersalah di sekolah. Sikap "RELA" seperti ini sesungguhnya adalah "PASRAH" dan menunjukkan KETIDAK BERDAYAAN guru dalam mendapatkan perlindungan dan haknya sebagai manusia yang juga harus DIHARGAI.
Kondisi tidak mengenakkan ini wajib kita fikirkan bersama oleh semua unsur bangsa ini. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya???
GURU ADALAH PAHLAWAN YANG SELAMA INI KITA LUPAKAN.

Disisi lain, guru harus selalu meningkatkan kompetensinya sebagai bagian dari bangsa dan masyarakat. Kemampuan guru menyesuaikan metode pengajaran yang sesuai dengan lingkungan tempat ia mengajar MUTLAK diperlukan demi kemajuan dan kelancaran proses belajar mengajar. Jalinan kerjasama yang harmonis antara guru dengan masyarakat juga akan menjadi salah satu faktor besar dalam upaya mensukseskan dunia pendidikan. sehingga GOALnya adalah terselenggaranya usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang dinikmati oleh semua bangsa Indonesia.

Selamat hari guru, maju dan maju terus guru Indonesia!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar