Senin, 28 Maret 2011
BUDAYA MEMBACA MULAI MEMASYARAKAT DI DESA MOYO
Walaupun Indonesia memiliki peringkat membaca terendah se-Asia Timur (dari : Kompas) bukan berarti masyarakat Indonesia tidak suka membaca. Namun lebih tepat dikatakan BOSAN membaca hal yang sama. Adapun hal yang dibaca sudah barang tentu hal-hal yang menarik dan bermanfaat serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Percuma kita membaca sebuah artikel yang bahasanya tinggi atau karangan dari seorang professor, tetapi pesan yang disampaikan dalam artikel tersebut, tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan terutama sekali oleh rakyat biasa.
Dari sisi ekonomis, selama ini minat baca lebih besar pada masyarakat yang ekonominya menengah ke atas. Tidak bisa dipungkiri kalau media baca yang ada selama ini sudah masuk ke ranah bisnis dan bernilai profit. Akibatnya masyarakat biasa tidak punya kemampuan untuk membeli Koran, buku, majalah dan sejenisnya. Berita yang disampaikan melalui media televisi dan radio pun tidak dapat dinikmati setiap saat. Karena kedua media tersebut lebih menonjolkan promosi prodak, hayalan (film atau sinetron). Media internet lebih bisa dinikmati oleh kalangan akademisi, perangkatnya cukup mahal. Untuk itu, perlu sebuah media baca yang efisien, efektif, dan mudah diperoleh.
Untuk mengatasi kondisi ini, langkah yang sangat tepat telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyediakan bantuan buku-buku bagi masyarakat. Salah satu contoh konkritnya yaitu keberadaan perpustakaan di kantor Desa Moyo. Perpustakaan di kantor desa ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi masyarakat. Selain mudah mendapatkannya, beragam jenis buku yang ada diperpustakaan ini sangat diminati oleh masyarakat, karena isi atau pesan yang terdapat dalam buku-buku tersebut semuanya mengena kepada kehidupan atau kebutuhan masyarakat yang ada di desa. Misalnya, seorang ibu rumah tangga “Nurasiah” yang kami dapati sedang meminjam buku, setiap minggunya selalu meminjam sedikitnya 3 buah buku. Buku yang sering dipinjam adalah buku mengenai bumbu-bumbu masakan atau beragam jenis masakan daerah maupun internasional. Ibu satu orang anak ini juga selalu meminjam buku buat anaknya yang masih bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK). Misalnya buku menggambar, buku dongeng, buku berhitung dan lain-lain. Menurutnya buku-buku yang ada di perpustakaan ini sangat bermanfaat karena banyak sekali pengetahuan baru yang bisa didapatkan dengan membacanya. Dia juga merasa sangat terbantu dengan adanya perpustakaan ini, karena untuk mengajar anaknya dirumah, banyak sekali buku yang bisa dipinjam di sini tanpa harus mengeluarkan biaya lebih dengan membeli buku di toko yang harga tentu saja mahal.
Di perpustakaan ini, tidak ketinggalan pula buku-buku bagi siswa sekolah dasar, SMP bahkan buku referensi bagi mahasiswa. Menyaksikan hal tersebut kami terharu dan bangga kepada minat baca masyarakat desa kami. Sehingga kami berfikir sangat benar teori yang mengatakan “ORANG AKAN SENANG MEMBACA TENTANG DIRI MEREKA DAN APA YANG MENJADI KEBUTUHAN MEREKA”. Dan itulah realita yang terjadi pada masyarakat Desa Moyo. Kami pun berminat meminjam dua buah buku tentang teknik bertanam sayur di lahan yang sempit. Buku ini sangat menarik menurut kami, karena banyak sekali lahan disekitar lingkungan kami yang kosong tidak tergarap. Buku-buku di perpustakaan ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat kami.
Menurut keterangan yang kami peroleh dari “Pak Bambang” petugas pelayanan peminjam buku di perpustakaan kantor Desa Moyo, Sehari-harinya lebih kurang lima puluh judul buku yang terpinjam. Beragam judul buku yang tersedia di perpustakaan ini menjadikan asbab tersendiri bagi minat baca masyarakat”. Tambahnya lagi “ Murid SDN 1 Moyo yang berada tepat di depan Kantor kepala Desa Moyo, sepulang dari sekolahnya selalu datang meminjam buku dari perpustakaan ini, kadang-kadang petugas yang melayani kwalahan karena banyaknya siswa yang meminjam buku”.
Pengelolaan perpustakaan di kantor Desa Moyo juga sangat bagus. Untuk meminjam satu buah buku diberikan batas waktu satu minggu saja. Kalau lebih dari itu dikenakan sanksi lima ratus rupiah per judul buku. Uang tersebut nantinya akan dipergunakan untuk penelolaan dan perawatan perpustakaan itu sendiri. Seperti yang disampaikan oleh bapak kepala Desa Moyo (Khairil). Hal ini kami lakukan karena perpustakaan yang merupakan bantuan dari pemerintah propinsi NTB ini, hanya berupa buku saja sementara lemari yang kami gunakan untuk menampung buku-buku tersebut dibuat dari dana swadaya yang ada di kantor desa. Belum lagi adanya buku yang robek atau rusak pada saat dikembalikan oleh peminjam buku. Tentu saja kami membutuhkan dana untuk memperbaikinya tambah bapak Khairil.
Setelah berbicara lebih banyak dengan petugas dan pengunjung di perpustakaan desa moyo, kami melihat perlu adanya ruangan khusus yang disediakan untuk perpustakaan. Mengingat pada saat peminjaman buku, ruangan kantor desa yang sempit menjadi pengap karena banyak orang yang meminjam buku, bersamaan dengan masyarakat yang mengurus surat domisili dan urusan lainnya. Tentu saja hal ini membuat kwalahan dan gangguan bagi pegawai kantor desa yang hanya beberapa orang.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jul:Gempar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar