Rabu, 20 Februari 2013

NW SEMAKIN MEMPERLEBAR SAYAP


PENGUKUHAN KADER DAN PENGURUS NW KECAMATAN MOYO HILIR

Nahdlatul Wathan (NW) merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia dan terbesar di NTB. Para pengikut atau anggota NW semakin bertambah dari tahun ke tahun. Tidak hanya di pulau Lombok, di Sumbawapun anggota NW semakin bertambah bahkan sampai ke pelosok Desa. Pengukuhan kader dan pengurus NW Kecamatan Moyo Hilir menjadi bukti bahwa NW semakin memperluas diri.

Pengukuhan kader dan pengurus NW kecamatan Moyo Hilir oleh Ketua Dewan Tanfiziah NW Kabupaten Sumbawa DR.H Iwan Jazadi, S.Pd,.M.Ed bertempat di sekretariat TPQ At-Taubah NW Dusun Olatpo Desa Berare (20/2) . Sebelum acara  pengukuhan dimulai, Dalam sambutannya beliau menceritakan tentang beberapa arti dari NW itu sendiri, salah satunya Nahdlatul Wathan bisa diartikan sebagai Kebangkitan Kebangsaan sesuai dengan misi utamanya yakni pendidikan, pengembangan ekonomi umat, dan dakwah. Hal ini diungkapkan dalam tujuan pemahaman terhadap kader dan pengurus yang akan dikukuhkan. Selanjudnya, pembacaan surat keputusan tentang pengangkatan pengurus Cabang NW Kecamatan Moyo Hilir masa bakti 2013-2018.

Dalam  visi-misinya ketua Pengurus yang telah resmi dikukuhkan yakni  AR Junaidi ZA mengatakan, “ Kedepan kami akan berusaha memperluas lagi dibidang pendidikan keagamaan sampai ke desa-desa seperti pengajian dan dakwah”. Hal ini menjadi bukti semakin banyaknya minat masyarakat terhadap organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan.
Berakhirnya acara dilanjudkan dengan Tanya jawab antara pengurus Cabang Kecamatan Moyo Hilir yang Telah dikukuhkan dengan ketua dewan tanfiziah NW kabupaten Sumbawa seputar pengembangan ahlak dan tentang berdirinya Organisasi  Nahdlatul Wathan itu sendiri.

Minggu, 17 Februari 2013

JEMBATAN RUSAK, WARGA MULAI RESAH


Berare (17/2). Jembatan penghubung antara Desa-Desa disebelah utara Kecamatan Moyo Hilir yakni Desa Batu Bangka, Ngeru, Olat rawa, lab  Ijuk dan lab  prajak dengan Ibu Kota Kecamatan yang terletak di Desa Berare dalam keadaan kurang baik untuk dilalui. Besi- besi pinggir jembatan mulai rusak dan dicuri, akibatnya para pengguna jalan resah terutama melintas pada malam hari. Tidak hanya itu, retak sambungan pada dada jembatan sudah semakin besar. Meski jalan baru saja selesai diperbaiki tetap  saja menyisahkan ketakutan bagi warga yang melintasi jembatan tersebut.

Selain sebagai jembatan penghubung antar Desa-Desa dengan Ibu Kota Kecamatan, jembatan tersebut termasuk jalur akses untuk mempermudah proses swasembada daging dari program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang berlokasi disebagian wilayah lab prajak sampai ke Dusun AI Limung kecamatan Moyo Utara. Penganggkutan barang atau hewan dalam jumlah besar dapat membuat kondisi jembatan tersebut semakin memburuk.

Dalam hal ini, pemerintah dan istansi-istansi terkait sekiranya bisa memperhatikan kondisi jembatan ini. Belum lagi proses perbaikan jalan diwilayah Lab ijuk dan Lab Prajak  yang bahan-bahan dan alat berat juga melalui jembatan ini. Di takutkan semakin lama jembatan ini dilalui dengan beban-beban berat akan mempercepat kerusakan yang semakin parah.

Minggu, 10 Februari 2013

PESTA PONAN, TRADISI YANG MASIH LESTARI

PESTA PONAN SEBAGAI WUJUD SYUKUR DAN AJANG SILATURAHMI



Minggu pagi (10/2) masyarakat adat di desa Poto, dusun Bekat dan dusun Malili kembali melaksanakan tradisi tahunan mereka yaitu Pesta ponan.  Bukit Ponan yang dikelilingi oleh tiga dusun tersebut, menjadi pusat pelaksanaan pesta ponan ini. Antusiasme masyarakat yang datang dari berbagai penjuru Tana Samawa (pulau sumbawa) ingin menyaksikan langsung puncak perayaan pesta ponan tahun ini. Suasana bukit Ponan yang biasanya sunyi, menjadi semarak.
Mereka berkumpul di atas bukit, menuju beberapa makam, salah satu diantaranya adalah makam HM Gaffar atau lebih dikenal dengan Haji Batu. HM Gaffar, adalah tokoh sakti yang dihormati dan disegani warga sekitar bukit Ponan.

Warga dari 3 dusun adat datang membawa berbagai makanan dan kue yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian ataupun perkebunan mereka. Kemudian makanan tersebut ditempatkan pada balai-balai kecil (beruga) yang terdapat di komplek makam tersebut. Makanan-makanan itu disusun rapi agar mudah dibagikan kepada pengunjung. Uniknya, makanan atau kue tersebut harus dimasak dengan cara direbus. Tidak boleh kue yang digoreng dengan minyak atau makanan yang dibeli di toko. Dengan kepercayaan bahwa uap dari rebusan makanan/kue tadi akan menguap ke langit dan berubah menjadi air hujan yang menyuburkan pertanian mereka.

Pesta Ponan diawali dengan dzikir dan doa bersama yang dipimpin oleh pemuka adat dan pemuka agama. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembagian makanan keseluruh warga dan akhir acara ditandai dengan makan bersama.

Pesta Ponan merupakan pesta tahunan yang sudah dijalani masyarakat setempat secara turun-temurun. Upacara ini sebagai wujud syukur masyarakat pascatanam padi sekaligus ajang silaturahmi antarwarga. Hal ini juga diungkapkan oleh Camat Moyo Hilir, Abu Bakar SH. “ saya berharap kepada semua kalangan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi yang memiliki nilai budaya yang tinggi ini, agar kedepan anak cucu kita bisa mengenal dan mengetahui jati diri mereka melalui budaya. Seperti halnya Pesta Ponan ini memberi pelajaran penting dan nilai-nilai kemanusiaan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan sang pencipta dan untuk menjalin tali silaturahmi antar sesama”. 

Pesta Ponan juga memberikan pelajaran kepada kita tentang pengelolaan alam dan lingkungan sekitar agar tetap lestari. Seperti yang terdapat dalam lawas sumbawa Kle tu sablong desa, na sarusak tani tana, sanuman nanta tu mudi. Walaupun kita membangun desa/tanah kita, jangan sampai merusak alam dan lingkungan tersebut, ingatlah masih ada anak cucu kita di masa mendatang.

Kepercayaan masyarakat adat Ponan juga menganggap bahwa daun-daun dari sisa makanan yang mereka makan pada hari itu, bisa membawa berkah bagi sawah dan ladang mereka. Sehingga sisa-sisa makanan itu dibuang ke sawah-sawah dengan harapan bisa menyuburkan tanaman padi serta terhindar dari hama dan penyakit.

Sabtu, 09 Februari 2013

MALAM PAGELARAN SAKRAN PESTA PONAN


MENAMPILKAN BERBAGAI KESENIAN DAERAH

Bekat (9/2). Malam Pagelaran Sakran Pesta Ponan yang digelar di panggung hiburan Dusun Bekat Desa Poto Kecamatan Moyo Hilir menampilkan Berbagai kesenian daerah oleh masing-masing sanggar seni seperti sanggar seni Kecamatan Pelampang yang ikut memeriahkan malam pagelaran sakran pesta ponan dengan menampilkan tarian daerah dan dari Samawa Etnik juga menyumbangkan lagu-lagu daerah serta dari siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bekat juga ikut memeriahkan.

Acara tersebut akan berlanjud pada minggu pagi yaitu acara pesta ponan yang berlokasi di obyek wisata Ponan Desa Poto. Dalam sambutan Camat Moyo Hilir (Abu Bakar SH,) berharap kegiatan-kegiatan masyarakat seperti ponan dapat menjaga kelestarian budaya Tana Samawa dan juga terhusus untuk Desa Poto yang sudah termasuk Desa pokasi. “ demi terjaganya kesenian daerah, harapan bagi anak-anak muda agar bisa mengembangkan serta melindungi kesenian-kesenian derah yang semakin memudar “.

Meriahnya acara tersebut disaksikan oleh berbagai kalangan masyarakat dan juga wisatawan asing yang ingin melihat kesenian-kesenian daerah Tana Samawa. Hal ini merupakan wujud dari kelestarian kesenian yang ada di Sumbawa. Untuk itu, demi  menjaga sebuah  kesenian daerah,  pemerintah sekiranya bisa mendukung penuh setiap kegiatan kesenian  dan memberi pengetahuan tentang kesenian sejak dini.