Rabu, 27 April 2011

PERTANDINGAN SEPAKBOLA U-12 TAHUN SE-KABUPATEN SUMBAWA RESMI DIBUKA

Pertandingan sepak bola Usia 12 Tahun se-Kabupaten Sumbawa resmi dibuka tadi sore rabu, 27 April 2011. Bertempat di Lapangan Sepak bola Pragas Sumbawa salah satu lapangan yang ada di Kabupaten Sumbawa, pertandingan ini memperebutkan Piala FKPPS ( Forum Komintas Purna Persisum Sumbawa ). Sebagai forum mantan pemain sepak bola kabupaten sumbawa ini berperan aktif dalam peningkatan dan pencarian bibit muda sebagai calon pemain Kabupaten dan provinsi khususnya serta Pemain Tim Nasional pada umumnya.
Pada sambutan BAPAK VARIAN BINTORO, S.Sos selaku salah satu perwakilan dari panitia mengungkapkan bahwa “ kami yang tergabung dalam FKPPS ingin sekali memberi arti dan manfaat bagi daerah dan bangsa dengan dengan mengadakan turnamen seperti ini sehingga bakat dan bibit yang terpendam di seluruh kabupaten sumbawa bisa terlihat dan terasa”. ungkapnya lagi “ selain pencarian bibit-bibt muda pertandingan ini juga bertujuan sebgai wadah silaturrahim dan memperkuat silaturahmi antar insan pencinta dan penggila bola se-kabupaten sumbawa.
Turnamen ini di sambut antusias oleh para peserta ini dibuktikan banyaknya tim yang ambil bagian. Setelah sambutan selesai, pertandingan pun dimulai. Sebagai pertandingan pertama di buka dengan Tim dari SDN 4 Sumbawa melawan Tim dari SDN Raberas. Pertandingan ini langsung di pimpin oleh wasit ABUAMIN.HB. sorak – sorak penonton sangat riang mengiringi pertandingan ini. Penonton yang notabene merupakan orang tua, guru, teman-teman sekolah sampai –sampai kakek dan nenek datang memberikan semangat kepada para pemain. Pertandingan yang di menangkan oleh SDN 4 Sumbawa dengan skor akhir 4-1, disambut dengan gembira oleh para pendukung.
Berkaca dengan pelaksanaan turnamen seperti ini, diharapkan menjadi suntikan bagi pemerintah khususnya kmemnterian pemuda dan olahraga haruslah lebih melebarkan sayap dalam pencarian bibit-bibit muda yang nantinya akan bisa mengharumkan nama bangsa dan negara. Karena begitu banyak biit – bibit yag terpendam di pelosok—pelosok desa yang tenggelam dengan kekuasaan dan kekuatan yang ada di kota. Pemerintah haruslah juga melengkapi dengan fasilitas-fasilitas sebagai sarana pendukung seperti lapangan sepak bola yang memadai. Peran orang tua dan lingkungan keluarga sangat diharapkan sehingga tidak ada lagi orang tua yang menghalangi keahlian dan kereatifitas anak-anaknya dalam hal mengolah si kulit bundar.

Selasa, 12 April 2011

PETANI DESA MOYO PANEN PADI DI TENGAH HUJAN DAN BANJIR


Sudah satu minggu lebih para petani di kecamatan Moyo Hilir disibukkan dengan masa panen yang mereka nanti-nantikan. Setelah 3 bulan lamanya mereka merawat padi-padi di sawah, dengan penuh harapan para petani menanti masa panen ini. Namun tak disangka, padi-padi yang sudah mulai menguning diterjang hujan dan banjir besar.

Di beberapa sawah yang ada di kecamatan Moyo Hilir, rata-rata panen padi diadakan secara serempak. Salah satunya di Sawah (orong) Rea, Orong Telaga, Orong Masin, Orong Pari, dan Orong Serading. Kesemua sawah tersebut diairi oleh air irigasi dari dua bendungan yaitu Bendungan Mamak yang mengairi orong pari seluas 500 Ha dan bendungan batu bulan yang mengairi Orang Rea, Orong Masin, Orong Telaga, Orong Serading, dan Orong Sabeta seluas 1500 Ha.

Sejak awal masa panen padi, hujan sudah mengguyur kecamatan moyo hilir, hujan deras yang disertai angin kencang setiap harinya membuat petani khawatir dengan keadaan ini. Bagaimana tidak, harapan satu-satunya mereka untuk menafkahi keluarga harus dihadapkan dengan masalah cuaca yang bisa membuat hasil panen padi menjadi buruk bahkan rusak, sementara biaya produksi yang mereka keluarkan lumayan besar bahkan para petani berani meminjam modal (berhutang) kepada para pemilik modal besar demi menghasilkan padi di sawah mereka.

Ironisnya lagi, untuk mendapatkan “PUPUK BERSUBSIDI” saja sangat sulit. Bagaimana tidak, dari beberapa pengepul pupuk yang ada di kecamatan moyo hilir kebanyakan tidak mau menjual pupuk dengan pembayaran cash menggunakan rupiah. Tetapi pupuk yang mereka simpan baru diberikan kepada para petani kalau petani mau membayarnya nanti dengan 50 kg padi. Bisa dibandingkan harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi yang seharusnya Rp. 80 ribu/50 kg menjadi Rp 125 ribu/50 kg pupuk (50 kg gabah kering).

Tidak berhenti sampai disitu, kesulitan petani selalu saja ada. Salah seorang petani “Han” mengaku bahwa panen padi tahun ini sangat berbeda dengan panen padi sebelumnya. Panen padi tahun ini diadakan ditengah hujan besar dan banjir yang menggenangi areal persawahan. Beberapa petani merasa merugi pada panen tahun ini, karena saat panen padi-padi mereka terendam air sehingga kwalitas padi menjadi tidak bagus. Sebagian besar padi berubah menjadi berwarna hitam bahkan ada padi yang mulai tumbuh di dalam tumpukannya. Padahal untuk menyelesaikan panen padi biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari saja namum saat ini sudah seminggu panen padi belum selesai tambahnya lagi. Tentu ini akan semakin menambah biaya produksi petani.

Kejadian yang sangat mengharukan juga terjadi di beberapa wilayah orong Sabeta Desa Moyo. Beberapa orang petani harus merelakan padi-padi mereka terseret air kokar (kanal). Menurut “Ibu Ati” salah seorang petani di desa moyo yang mendengar kabar tersebut mengatakan “ terdapat padi yang baru saja dipotong sampai dengan gabah yang sudah dimasukkan ke dalam karung ikut terbawa air bah dari kanal yang berada tepat membelah Orong Sabeta”. Bukan hanya itu, menurut pantauan kampung media “Gempar” air yang meluap dari kanal ini juga sering membuat jalan yang menghubungkan kecamatan moyo hilir dengan kota Sumbawa terputus hingga beberapa jam. Rata-rata tiga tahun belakangan ini, Tidak sampai satu jam saja kalau hujan mengguyur akan menyebabkan luapan air yang sangat deras. Air meluap ini juga yang merusak padi-padi di orong sabeta.

Entah ini musibah ataukah memang pengaruh dari perubahan iklim yang sangat drastis akhir-akhir ini. Namun kami tidak ingin derita ini semakin membebani petani dengan harga gabah yang sangat murah. Tercatat di beberapa pengepul gabah yang ada, harga gabah kering berkisar antara 250 ribu hingga 265 ribu perkwintal. Namun kalau gabahnya sedikit berwarna hitam atau basah karena terendam air tentu harga akan terpangkas hingga 230 ribu saja perkwintalnya.
Semoga tulisan ini memberikan kita rasa simpati, supaya kita pandai merasakan apa yang dirasakan orang lain.

jul: gempar

Minggu, 03 April 2011

PRAMUKA BERSAMA KAMPUNG MEDIA


BAGAIMANA MERUBAH BUDAYA BERTUTUR MENJADI BUDAYA MENULIS

Moyo Hilir, 2-3/4/2011
Tidak ada kata lelah dan susah kalau kita mau berupaya. Itulah yang dilakukan oleh teman-teman Kampung Media Digital (KMD) GEMPAR di Kecamatan Moyo Hilir. Berkerja sama dengan Gerakan Pramuka Kwartir Ranting Moyo Hilir, KMD Gempar mengadakan Pelatihan Jurnalistik yang bertempat di secretariat bersama kepemudaan yang pelaksanaannya dari tanggal 2 sampai 3 April 2011.
Pelatihan Jurnalistik ini diikuti oleh siswa SMK Islam Gunung Galesa Moyo Hilir, Pramuka ambalan Madrasah Aliyah Negeri 2 Sumbawa, dan anggota Dewan Kerja Ranting (DKR) Moyo Hilir tidak lupa pula anggota KMD GEMPAR.

Pelatihan ini bertujuan bagaimana mengajarkan para generasi muda untuk merubah budaya bertutur menjadi budaya menulis sehingga mereka bisa mengaktualisasikan pemikirannya melalui tulisan yang bersifat informasi yang bermanfaat bagi halayak. Selain itu juga kegiatan ini sebagai ajang silaturrahmi antara KMD GEMPAR dengan siswa-siswi yang ada di Wilayah Moyo Hilir dalam mensukseskan program kerja Pemerintah (Dishubkominfo) pada umumnya dan GEMPAR khususnya yang bertujuan membentuk masyarakat (pelajar) masa kini yang melek dengan Ilmu Pengetahuan (IPTEK) yang semakin maju.

Tepat pukul 20.00 Wita, kegiatan dibuka secara resmi oleh ketua pramuka kwarran moyo hilir (Syarafuddin, S.Ag). Selanjutnya para peserta diberikan arahan dan bimbingan mengenai jurnalistik oleh pemateri. Pengenalan jurnalistik tersebut disampikan oleh Nur Kholis seorang jurnalis dari harian umum Sumbawa Express. Pemateri menyampaikan secara rinci dan runtut materi tentang dasar-dasar jurnalistik, mulai dari pengenalan kaidah penulisan berita, bahasa yang digunakan, dan bagaimana cara berita itu supaya menjadi bahan bacaan yang disukai oleh publik. Selain itu Nur Kholis juga berbagi banyak pengalaman hidup selama menjadi seorang jurnalis. Menurutnya “selama saya bergelut di dunia jurnalis, opini saya mulai terbentuk tentang hidup dan bagaimana menjalani hidup secara layak. Seorang jurnalis juga harus mampu melihat persoalan-persoalan di dalam masyarakat kemudian bisa memecahkannya dengan solusi terbaik” tambahnya lagi. Apa yang disampaikan oleh pemateri, sangat sesuai dengan yang diinginkan oleh Kampung Media NTB yaitu merubah budaya bertutur menjadi budaya menulis.
Walaupun peserta dari kegiatan ini adalah dari kalangan siswa SMA/SMK, daya serap dan pemikirannya dalam membuat berita tidak kalah dengan orang yang sudah terbiasa dengan dunia jurnalistik. Bahkan sebagian kalimat dari berita yang kami muat ini adalah bahasa dari siswa SMA/SMK. Memang kita tidak bisa menutup mata kalau kondisi selama ini (dunia pendidikan) belum memberikan ruang yang cukup kepada siswa untuk mengaktualisasikan diri melalui tulisan terutama di sekolah-sekolah yang berada jauh dari keramaian kota. Padahal permasalahan dalam kehidupan bermasyakat terjadi juga di desa atau pun pedesaan. Malahan persoalan yang terjadi di desalah yang tidak bisa terexpose ke public. Sudah saatnya kita memajukan pembangunan di masyarakat pedesaan sebagai pondasi dari pembangunan nasional.

Keesokan harinya kegiatan pun berlanjut. Untuk menjaga kebugaran dan cinta dengan kebersihan, di pagi harinya para peserta dilatih senam pramuka dan gotong royong sebagi upaya menciptakan dan mendidik peserta menjadi pribadi yang sehat dan cinta kebersihan. Setelah itu para peserta diberikan pelajaran menggunakan internet sehat, pembuatan blok serta bagaimana cara menguploud dan memposting berita ke dalam blok. Materi ini disampaikan oleh Zulkifli (sekretaris Kampung Media Digital GEMPAR Moyo Hilir). Pemateri juga menugaskan kepada seluruh peserta membuat sebuah berita yang judulnya sudah ditentukan dan menjadi pilihan bagi peserta.

Pukul 13.00 Wita kegiatan ini ditutup langsung oleh saudara Zulkifli selaku sekretaris Pramuka Kwartir Ranting Moyo Hilir. Pada sambutan dalam acara penutupan (jul) sapaan akrabnya mengungkapkan “kita selaku generasi muda yang cerdas jangan sampai kita terbenam dengan kemajuan teknologi yang dewasa ini semakin maju. Untuk itu kita harus tanamkan dalam benak kita tidak ada kata lelah untuk belajar”. Tambahnya lagi “kita harus melatih diri untuk lebih mengenal internet tetapi dengan catatan kita haruslah bisa memfilternya sehingga menjadi benteng moral bagi kita”.

Sebelum kami mengakhiri tulisan ini, kami ingin menyimpulkan bahwa siapapun orangnya, jika diberikan ruang dan ditunjang dengan pembekalan jurnalistik, orang itu akan mampu menjadi penutur-penutur handal melalui tulisan. Jangan kita melihat faktor desa atau kotanya, yang utama adalah kemauan untuk menjadi lebih baik. Sampah saja bisa diolah menjadi suatu benda yang bermanfaat apalagi manusia yang mempunyai akal dan hati.

Gemparvaroz