Rabu, 20 Januari 2010

TANPA BUMI ANDA BISA APA ?


“PRAMUKA BERSAMA HIJAU DAUN”

Sekedar mengingatkan kita semua, tentang kerusakan alam dan segala gejala yang timbul akibat ulah kita, sekiranya kita merenungi sebuah kalimat sederhana yang mungkin sudah sering kita dengar :
“ JIKA AIR TERAKHIR TELAH HABIS, JIKA IKAN TERAKHIR TELAH MATI, JIKA POHON TERAKHIR TELAH DITEBANG, JIKA SUNGAI TERAKHIR TELAH KERING, BARULAH MANUSIA MENYADARI BAHWA
MANUSIA TIDAK BISA MAKAN UANG”

Issu “GLOBAL WARMING” telah menggemparkan seluruh dunia. Seluruh lapisan masyarakat dunia merasa diri bertanggungjawab terhadap kerusakan yang telah disebabkan tangan-tangan jahil tidak bertanggungjawab. Berbagai cara sedang diupayakan, baik dalam skala global maupun local.
Berawal dari kesadaran sebagai bagian dari masyarakat yang terkena dampak dari kemelut ini, tangan-tangan kecil dan kreatif dari Rakyat Muda Yang Suka Berkarya “Praja Muda Karana (PRAMUKA)” Dewan Kerja Ranting Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa tidak tinggal diam dengan kondisi ini. Kesadaran akan campur tangan Tuhan yang tidak akan mengubah keadaan umat tanpa diawali oleh diri sendiri, mendorong mereka untuk lebih banyak berbuat daripada berbicara.

Dengan keinginan untuk mengendalikan lingkungan, sebelum lingkungan lebih jauh mengendalikan kita, Praja Muda Karana Dewan Kerja Ranting (DKR) Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa mengadakan Perkemahan Pekan Penghijauan se-Kecamatan Moyo Hilir yang dilaksanakan dari tanggal 3 sampai dengan 6 Januari 2010. Penanaman pohon disepanjang bantaran sungai Moyo yang mulai tergerus air banjir setiap kali musim hujan, mendapat sambutan dan dukungan baik dari masyarakat setempat. Dari hasil pembibitan mereka sejak 6 bulan yang lalu, diharapkan pohon-pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik.

Selasa, 12 Januari 2010

BENDUNGAN SEBEWE JEBOL DITERJANG BANJIR

Bendungan Sebewe Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa yang penyelesaian pembangunannya belum begitu lama. namun, Jum'at siang(8/1) jebol diterjang air bah. Diduga penyebabnya karena bentang bendungan tidak mampu menahan terjangan air bah yang terjadi mulai kamis malam,sehingga bentang bendugan sepanjang 20 meter putus.
Kepala Desa Sebewe, Zainuddin mengatakan, pembangunan bendungan tersebut berada pada posisi yang dilematis. Satu sisi diharapkan bermanfaat bagi para petani, namun sisi lain justru mengundang permasalahan. Sebab, pembangunannya tidak tercapai, sebagai akibat perencanaan konstruksi yang tidak tepat. Jika konstruksi seperti itu tetap dipertahankan dikhawatirkan ketika terjadi banjir dapat berdampak pada rusaknya hektar persawahan di sekitar bendungan karena terendam banjir.
Kasi PSDA Dinas PU Kabupaten Sumbawa, Aries Nur menjelaskan, dilihat dari konstruksi campuran pasangan kurang bagus sehingga ketika terjadi banjir air dengan mudah menggerus badan bendungan.
Bendungan Sebewe yang rencana awalnya dibangun di Desa Senampar dengan anggaran 1,6 miliar dan dikerjakan oleh CV. NGADEG JAYA, Kontraktor asal Pulau Lombok. Setelah selesai dibangun Bendungan tersebut telah diserahkan kepada Dinas PU, tetapi itu baru penyerahan pertama dan masih dalam masa pemeliharaan.
Terkait kemungkinan dibangunnya kembali bangunan tersebut, menurut Aries, pihaknya masih menunggu dukungan masyarakat, karena pengalaman telah membuktikan keberadaan Bendungan Sebewe telah menenggelamkan areal sawah para petani setempat. Jika masyarakat membolehkan untuk kembali dibangun, maka pembangunan sepenuhnya tanggung jawab kontraktor. Sebab Bendungan tersebut masih dalam tahap pemeliharaan.

Kamis, 07 Januari 2010

MUSIK “BAGONTENG” PENYIHIR SUMBAWA Yang “HANDAL”

Music salah satu sarana sacral yang digunakan oleh masyarakat pribumi sejak zaman dulu. Berbagai bentuk kebudayaan di negara ini yang menggunakan berbagai bentuk bunyi-bunyian (music) sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lantunan irama yang menarik dan bernilai mistis. Nilai music sendiri bagi masyarakat Sumbawa sejak zaman kerajaan merupakan sarana dakwah dan ibadah. Misalnya “Sakeco” yang syairnya diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an kemudian diterjemahkan dengan lantunan merdu dan iringan “rebana” dimuka tamu undangan istana kerajaan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban, budaya local semacam ini keberadaannya ditengah-tengah masyarakat bukan lagi sebagai sarana ibadah maupun dakwah. Sehingga esensinya sebagai warisan nenek moyang sudah banyak ditinggalkan.

Sadar akan hal tersebut, berbagai perlombaan-perlombaan kesenian daerah marak diselenggarakan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri yang sadar akan kebudayaan.

Pada Pecan Budaya Samawa XII bulan April 2009 di Pantai SALIPER ATE, music Bagonteng ambil bagian dan mampu memberikan warna tersendiri dalam lomba tersebut.

Bagonteng adalah memainkan alat music dengan penuh racikan. Music kreasi yang lahir dari sebuah keinginan untuk memadukan berbagai gonteng seperti gonteng nuja, gonteng rabana, gonteng saketung dan lain-lain dengan paduan music vocal dan perkusi seperti lawas nuja, langko, gandang, badede, ratib, kelung, gero, saketa, latuk, deneng, cacak, satong srek, krincing, sehingga melahirkan music yang mampu berdiri sendiri.

Sebagai music kreasi, Bagonteng masih tetap mempertahankan esensi music local tradisi Sumbawa. Syair yang ditembangkan adalah syair yang diambil dari lawas akherat, sebuah karya sastra tradisional Sumbawa yang berisikan ajaran ketuhanan.

Syair yang menyentuh hati dengan lantunan yang merdu membuat seluruh pendengar TERSIHIR sehingga keheningan membungkus suasana hati seraya memaknai pesan di dalam syair music bagonteng. Desiran angin pantai yang lembut semakin membuat hati tersayat oleh racikan alat music yang dimainkan begitu lihai oleh pemainnya. Khalayak pun terdiam sejuta bahasa seolah tak mampu berbicara karena mendengar kandungan ayat-ayat Tuhan dalam music bagonteng.

Music Bagonteng pada Pekan Budaya Samawa (PBS) tahun 2009 yang lalu, berhasil mendapatkan juara umum I, sehingga music bagonteng mewakili kabupaten Sumbawa pada Bulan Citra Budaya (BCB) NTB ke XVI yang diselenggarakan tanggal 15 Juli s/d 15 Agustus 2009 di Lapangan Muhajirin Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah.

Tidak jauh beda dengan Pecan Budaya Samawa, Music Bagonteng pada BCB NTB XVI di Praya juga mampu menyihir masyarakat Praya akan nilai seni dan pesan yang terkandung dalam music tersebut.

Produksi : Sanggar Seni Gunung Galesa Moyo Hilir

Penata music : Burhanuddin, S.Pd

pemusik : Yul, Fus, Ica, Ika, Rini, Sabit, Panes, Budi, Zul